Pemerintah Bakal Beri Insentif untuk Resteel Industry Indonesia

Pemerintah Bakal Beri Insentif untuk Resteel Industry Indonesia
Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat (kanan) dan Dirut PT Resteel Industry Indonesia Lie Wen Jie pada acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pabrik Baja Khusus (Super Low Carbon Nickel Titanium Special Steel) PT. Resteel Industry Indonesia di Batam. FOTO: ist

jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus mengkaji untuk memberikan insentif kepada pabrik baja khusus (super low carbon nickel titanium special steel) milik PT Resteel Industry Indonesia di Batam. Pasalnya, selain membangun pabrik baja, perusahaan patungan PT Shanxi Haixin and Steel Group dan PT Trinusa Group itu juga membangun smelter sejenis di Tojo Una Una, Provinsi Sulawesi Tengah. 

"Resteel memang sudah mengajukan insentif berupa tax holiday. Selain itu, Resteel juga meminta untuk menghapus bea masuk untuk sejumlah mesin-mesinnya yang mereka impor dari Tiongkok. Sebab, mesin yang dipesan Resteel memang belum bisa dirakit di Indonesia," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat peletakan batu pertama di Batam, Jumat (30/5).

Dia pun memastikan pemerintah akan memberikan insentif kepada Resteel. Hingga kini, lanjut Hidayat,  pemerintah masih memilih insentif yang cocok untuk diberikan kepada Resteel.

Hidayat menuturkan, Resteel dianggap memenuhi kebutuhan baja di Indonesia. Pembangunan pabrik baja Resteel tersebut akan menjadi bagian dari subtitusi impor yang selama ini dilakukan Indonesia. 

Kata dia, selama ini total kebutuhan baja Indonesia lebih dari 11 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya bisa memasok lebih kurang 6 juta ton per tahun dan sisanya dipenuhi melalui impor. "Nah ini bagian dari memperkecil kesenjangan dari ekspor dan impor itu," imbuhnya.

Namun yang terpenting, kata Menperin, pabrik tersebut memperkenalkan proses dan teknologi baru untuk pembuatan industri baja ini. Pada prinsipnya Resteel menggunakan iron ore itu langsung bypass hingga ke end product, tidak melalui proses tradisional seperti pabrik baja yang lain. "Jadi dia langsung menjadi industri akhir yaitu baja khusus, yang ditujukan untuk kepentingan industri alutsista dan industri perkapalan."

Menurut Hidayat, kalau Indonesia belum banyak menyerap produk Resteel, maka perusahaan patungan tersebut akan mengambil sendiri untuk kebutuhan di Tiongkok. "Sebenarnya, jika domestik menginginkan, ini bisa diserap semuanya untuk domestik. Tapi, karena ini heavy industry, karena kita belum bisa menyerap semua produknya, Resteel bersedia menyerap sisanya."

Hidayat juga mengatakan, industri perkapalan dan alutsista di Indonesia sedang booming, tetapi hampir semua bajanya diimpor. Dengan adanya Resteel di Indonesia maka hal ini bisa digunakan sebagai subtitusi.

JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus mengkaji untuk memberikan insentif kepada pabrik baja khusus (super low carbon nickel titanium special

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News