Pemerintah Beberkan Penyebab Harga MinyaKita Meroket
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Rusmin Amin mengatakan kenaikan harga minyak goreng rakyat atau MinyaKita yang menembus harga Rp 17.000 per liter karena rantai distribusi yang terlalu panjang.
Menurut Rusmin, distribusi yang panjang itu mengakibatkan ada celah transaksi di antara pengecer, sehingga harga jual di masyarakat menjadi lebih tinggi.
“Jadi kalau kami lihat terlalu banyak perpindahan tangan. Jadi kenaikan harga itu yang pada akhirnya di konsumen tidak Rp15.700 sebagai harga eceran tertinggi (HET),” kata Rusmin dikutip Sabtu (14/12).
Rusmin mengidentifikasi bahwa harga di tingkat distributor utama (D1 dan D2) masih sesuai HET. Namun, harga naik signifikan saat melewati pengecer dan grosir.
Menurut dia, banyak pengecer menjual kembali minyak goreng ke pengecer lain atau grosir sebelum sampai ke konsumen akhir.
“Maka harga nilai di konsumen ya pastilah jadi naik tidak sesuai dengan HET-nya. Ini satu model distribusi yang kami pelajari,” katanya.
Selain masalah distribusi, Kemendag mencatat lonjakan permintaan terhadap MinyaKita sebagai salah satu penyebab kenaikan harga. Banyak konsumen beralih dari minyak jenis lain ke MinyaKita, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
“Untuk MinyaKita ini trennya lebih besar permintaannya dibandingkan minyak-minyak lainnya. Artinya memang ada semacam migrasi, jadi pasti yang namanya harga pasti akan jadi naik. Jadi hukum pasar,” kata dia.
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Rusmin Amin mengungkapkan penyebab harga minyakita naik
- IDCTA Sebut Indonesia Berkapasitas Mengelola Emisi Karbon
- KPK Dalami Proses PBJ Pengolahan Karet di Kementan
- Pertumbuhan Pasar Kopi Indonesia Tercepat di Dunia, Fore Coffee Buka 61 Gerai Baru
- Pantauan Harga Pangan Menjelang Natal & Tahun Baru
- Minyak Goreng Turun, Harga Telur Ayam Malah Naik
- Inflasi November Naik, Harga Bawang Merah Punya Andil