Pemerintah Belum Berperan Dalam Mengatur Harga Ayam dan Telur
Sabtu, 03 Juli 2010 – 05:25 WIB
"Selama ini antara pasokan dan kebutuhan tidak pernah sinkron. Hal ini berakibat pada harga jual unggas yang sangat fluktuatif. Dampaknya adalah harga telur juga semakin naik dari Rp 12 ribu menjadi Rp 15 ribu per kilogram," kata Don.
Don mengatakan, untuk harga telur belum bisa stabil karena juga terjadi kenaikan harga pakan ternak. "Produsen tidak bisa menahan kenaikan harga telur secara bertahap, mahalnya biaya pembelian pakan ternak menjadi penyebabnya," terangnya.
Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Tri Mardiyanto menambahkan, rantai pasokan dan kebutuhan unggas di dalam negeri kurang tertata dengan baik. Ada satu daerah dipasok dari daerah lain sementara daerah yang mendapat pasokan itu sendiri adalah penghasil Unggas dan telur. "Kelebihan pasokan itu berakibat harga anjlok dan peran dari pemerintah daerah untuk mengatur pola distribusi belum kelihatan," paparnya.
Harga yang fluktuatif itu menyebabkan peternak belum mendapatkan keuntungan. Untuk harga ayam broiler sama dengan harga telur per kilogram sebesar Rp 15 ribu. "Harga yang tinggi disebabkan kenaikan biaya produksi dan faktor cuaca yang tidak menentu," imbuh Anton J Supit, Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (Gappi).(gen)
JAKARTA - Produsen bibit ayam (day old chicken /DOC), pengusaha peternakan, rumah potong ayam, dan industri pakan, meminta koordinasi dari pemerintah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Erwin Aksa: Persiapan Rapimnas Kadin 2024 Berjalan Baik dan Sesuai Rencana
- Ruas Falah Dukung MIND ID Mengakselerasi Pembangunan SGAR Mempawah Fase II
- Toshiba Berbagi Tips Menjaga Kebersihan Dispenser
- Gelar Operasi Gempur II, Bea Cukai Ajak Masyarakat Berantas Rokok Ilegal
- Pegadaian 123 Go! Bersiap Meluas dengan Bank Emas
- Kadin Luncurkan White Paper, Strategi Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%