Pemerintah Bersiap Hadapi Dampak Konflik Rusia-Ukraina
jpnn.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai konflik antara Rusia-Ukraina berpotensi meningkatkan harga pangan di dalam negeri.
Pasalnya, Ukraina menjadi salah satu negara utama yang mengekspor gandum ke Indonesia.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus Edi Siregar mengatakan gandum dan turunannya menyumbang 8,5 persen dari total makanan Indonesia.
"Harga komoditas yang terus naik setelah konflik ini akan mengurangi potensi produksi pangan global sehingga harga pangan mungkin naik lebih lanjut," kata Agus dalam webinar Lab 45 "Konflik Rusia-Ukraina dan Risiko Ekonomi Politik bagi Indonesia" yang dipantau di Jakarta, Jumat (4/3).
Selain itu, kata Agus, harga energi juga berpotensi naik, sehingga pemerintah sedang memperdalam potensi dampak serta kebijakan dalam negeri yang akan diambil.
Pemerintah akan berupaya tidak menaikkan administered price atau harga-harga yang diatur pemerintah, meskipun pada 2023 defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan kembali kurang dari tiga persen Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kalau inflasi sudah terjadi karena harga pangan naik diharapkan pemerintah tidak menaikkan harga administered price, tapi ini menjadi dilema," ucapnya.
Apabila Rusia dan Ukraina bisa lebih cepat menemukan kesepakatan, kemungkinan dampak konflik kedua negara terhadap harga bahan pangan dan energi tidak akan berkepanjangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai konflik antara Rusia-Ukraina berpotensi meningkatkan harga pangan di dalam negeri.
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Grant Thornton Indonesia Kupas Tuntas Strategi RI Hadapi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi
- Kisah Sukses Nasabah PNM Mekaar, Ekspor Olahan Sisik Ikan ke Berbagai Benua