Pemerintah Cium Ada Mafia Diyat

Pemerintah Cium Ada Mafia Diyat
Pemerintah Cium Ada Mafia Diyat
JAKARTA--Dalam beberapa tahun terakhir, tren tuntutan diyat (uang darah) untuk menebus kasus pembunuhan untuk tersangka warga negara Indonesia naik tajam. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencium ada praktek mafia dalam urusan permintaan uang diyat oleh keluarga korban tersebut.

Dugaan adanya mafia diyat ini muncul dalam rapat koordinasi (rakor) Kemenlu tentang penanganan kasus TKI yang terancam hukuman mati, Kamis (14/3). Direktur Jenderal (Dirjen) Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Tatang Budie Utama Razak mengatakan, kenaikan permintaan diyat saat ini sungguh luar biasanya. "Angkanya sudah tidak masuk akal lagi," tandasnya.

Tatang mengatakan beberapa tahun lalu uang diyat yang diminta oleh keluarga korban berkisar 55 ribu riyal (sekitar Rp 142 juta). Tetapi dalam perkembangan terakhir, keluarga korban dengan tegas meminta diyat hingga 22 juta riyal (sekitar Rp 56 miliar). "Keluarga korban menentukan jumlah diyat sesuai fakta hukum dan fakta di lapangan," terangnya.

Menutur Tatang, melonjaknya permintaan diyat ini mengindikasikan ada mafia di baliknya. Bagi pemerintah Indonesia, kondisi ini sangat dilematis. Jika uang diyat yang dipermainkan oleh mafia itu dituruti, maka praktek tersebut akan tumbuh subur di Arab Saudi. Sebaliknya jika nominal diyat tadi dihiraukan, nyawa TKI atau WNI bisa berujung di tangan algojo kerajaan Arab Saudi.

JAKARTA--Dalam beberapa tahun terakhir, tren tuntutan diyat (uang darah) untuk menebus kasus pembunuhan untuk tersangka warga negara Indonesia naik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News