Pemerintah Didesak Berantas Akun Penyebar Radikalisme
jpnn.com, JAKARTA - Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, pelaku bom bunuh diri kemungkinan besar mempelajari cara merakit bom dari internet.
Menurut dia, para perakit bom bisa melewati blokir yang dilakukan Kemenkominfo karena banyak tools di internet.
“Internet itu dunia yang sangat luas. Bahkan, di balik dunia internet yang biasa kita akses ini terdapat dunia bawah tanah yang disebut deep web dan dark web," kata Pratama, Selasa (15/5).
Pratama menambahkan, langkah preventif perlu dilakukan dengan menelusuri potensi bibit terorisme yang bisa dilacak dari aktivitas digital.
Media sosial juga perlu steril dari radikalisme. Pemerintah bisa melakukan kerja sama dengan perusahaan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
Akun-akun yang sudah jelas aktif menyebarkan radikalisme harus segera ditindak dan ditutup.
"Termasuk juga situs web. Pemerintah bisa berkoordinasi dengan penyedia hosting untuk menutup situs-situs web yang meresahkan masyarakat,” jelas Pratama. (boy/jpnn)
Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, pelaku bom bunuh diri kemungkinan besar mempelajari cara merakit bom dari internet.
Redaktur & Reporter : Boy
- Kepala BNPT: RAN PE Masih Perlu Dilanjutkan
- LPOI dan LPOK Ingatkan untuk Mewaspadai Metamorfosa Gerakan Radikalisme dan Terorisme
- 37 Orang Tewas Gegara Aksi Bom Bunuh Diri di Pantai
- Teroris di Batu Menyiapkan Bom Berdaya Ledak Tinggi Untuk Bunuh Diri
- Pakar Terorisme Sebut Kelompok Radikal Mulai Memakai AI untuk Menyebarkan Ideologi
- Kepala BNPT Imbau Semua Jajaran Tetap Waspada dan Jaga Kondusivitas Jelang Lebaran