Pemerintah Diminta Jangan Hanya Operasi Pasar Saja
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi meminta agar pemerintah segera menstabilkan harga bahan pangan dan daging sapi. Saat ini, kenaikan harga daging sapi, rata-rata sudah mencapai Rp 125-Rp130 ribu per kg. Bahkan, di Banda Aceh harganya mencapai Rp 160-Rp 170 ribu per kg.
"Melonjaknya harga kebutuhan pokok dan harga daging sapi, dalam konteks perlindungan konsumen, adalah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menjaga ketersediaan kebutuhan dengan harga yang wajar dan terjangkau," ujar Tulus dalam siaran persnya.
Melonjaknya harga daging sapi, sambung Tulus, juga harus diwaspadai dari sisi mutu daging atau bahkan fenomena daging oplosan. "Pemerintah harus meningkatkan pengawasan dalam hal ini," terang dia.
YLKI menduga, melonjaknya harga pangan dan daging sapi karena adanya distorsi pasar dalam mekanisme penentuan harga daging. Karena itu, seharusnya KPPU bekerja lebih keras lagi untuk memastikan bahwa struktur pasar kebutuhan pangan dan daging sapi bekerja secara natural.
"Sehingga menghasilkan harga pangan dan daging sapi yang kompetitif. Tidak dikuasai oleh pelaku pasar tertentu, khususnya importir dan atau cukong-cukong pasar lainnya," ucap Tulus.
Karena itu YLKI mendesak pemerintah segera melakukan stabilisasi harga-harga bahan pangan secara meluas dan holistik. Bukan sekadar melakukan operasi pasar, tetapi juga membongkar struktur pasar agar lebih sehat, dan fair. (chi/jpnn)
JAKARTA - Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi meminta agar pemerintah segera menstabilkan harga bahan pangan dan daging sapi. Saat ini, kenaikan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Photobooth 'Life Four Cuts' Sajikan Pengalaman Foto tak Terlupakan Dengan Idola K-Pop
- EIGER Hadirkan Diskon Akhir Tahun 2024, Buruan Diborong!
- Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 28 Desember 2024 Turun Tipis, Jadi Sebegini Per Gram
- Harga Emas Antam Hari Ini Turun Tipis, Berikut Perinciannya
- Dukung Swasembada Alumunium, Inalum Cetak Kinerja All-Time High
- Qatar dan Abu Dhabi Bakal Gelontorkan Duit untuk Indonesia, Ada Apa?