Pemerintah Diminta Perkuat Pengaturan terkait Impor Barang

jpnn.com, JAKARTA - Pakar ekonomi Bhima Yudhistira mendorong pemerintah menekan impor barang pangan dan barang konsumsi.
Saran itu dia sampaikan untuk mendukung kebijakan menjaga sektor riil dari dampak konflik di Timur Tengah.
Menurut Bhima, penyebab melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS bukan hanya perang Iran-Israel, tetapi juga melemahnya pengaturan impor.
"Barang impor dari mulai beras 3 juta ton, bawang putih sampai terbukanya impor barang lewat e-commerce itu melemahkan sektor riil dan rupiah sekaligus," kata Bhima saat dihubungi, Rabu (17/4).
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies ini, harus ada langkah nyata membatasi impor. "Efektifnya ya perketat impor dan perkuat produksi dalam negeri," kata Bhima.
Sementara pakar ekonomi dari Center of Reform on Economic (Core), Mohammad Faisal mengatakan kebijakan fiskal dan moneter yang dikeluarkan pemerintah harus lebih akomodatif dan responsif.
Hal itu untuk menjaga daya beli masyarakat agar tidak terpuruk imbas pengaruh global dalam hal ini perang di wilayah Timur Tengah.
“Fiskal harus lebih akomodatif, kalau dari sisi moneter harus memerhatikan hal-hal yang menghambat sektor riil," ujar Faisal.
Penyebab melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS bukan hanya perang Iran-Israel, tetapi juga melemahnya pengaturan impor.
- Cetak Rekor Sejarah, Harga Emas Tembus USD 3.300 Per Troy
- Pemerintah Diminta Cabut Moratorium Pengiriman Pekerja Migran Indonesia ke Timur Tengah
- Ceritakan Persahabatan Puluhan Tahun dengan Prabowo, Raja Yordania: Tak Terlupakan
- Rupiah Ditutup Menguat Jadi Sebegini
- Rupiah Berpeluang Menguat Lagi Hari Ini, Begini Kata Analis
- Rupiah Mulai Bangkit, Akankah Terus Berlanjut?