Pemerintah Harus Tegas Terhadap Isu SARA di Pilkada
jpnn.com, JAKARTA - Pengajar Program Pascasarjana Kajian ilmu Kepolisian Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar menilai demokrasi di Indonesia secara umum belum berjalan dengan baik.
Menurut dia, pilkada atau pilpres saat ini masih sebagai ajang perebutan kekuasaan. Pilkada dan pilpres bukan ajang adu ide dan program pembangunan.
Alhasil, berbagai cara dilakukan oleh masing-masing kelompok untuk meraih kemenangan tanpa memikirkan dampak sosial kemasyarakatan yang timbul.
“Sebagai negara yang berideologi Pancasila dan memiliki Bhinneka Tunggal Ika seharusnya para penyelenggara negara mampu menekan pelaksana atau peserta (parpol) agar pilkada berjalan sesuai aturan yang berlaku dan telah disepakati untuk tidak melakukan cara-cara kotor,” ujar Bambang, Selasa (23/1).
Dia menambahkan, isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjadi momok menakutkan dalam memelihara keutuhan NKRI.
Apalagi, sekarang banyak kelompok yang memanfaatkan kecanggihan media sosial untuk menyebar propaganda di dunia maya, baik berupa narasi kekerasan, ujaran kebencian, maupun hoaks.
“Menurut saya, gejolak masyarakat yang beberapa waktu lalu sempat naik tensinya akibat masih belum terwujudnya harapan besar bangsa ini yang dari dulu sampai kini belum terwujud. Yaitu, tatanan kehidupan bangsa dan negara yang harmoni sesuai karakteristik sosial, politik, hukum, dan ekonomi Indonesia,” ungkap Bambang.
Dia menambahkan, kemajuan ilmu pengetahuan merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari.
Bambang Widodo Umar menilai demokrasi di Indonesia secara umum belum berjalan dengan baik.
- Spei Yan dan Arnold Dilantik, Pilkada Pegunungan Bintang Disebut Tanpa Pelanggaran
- OSO Minta Kepala Daerah yang Diusung Hanura Penuhi Janji Kampanye ke Rakyat
- Rahmat Saleh Ingatkan Pemerintah Soal Anggaran Pengamanan PSU
- Ahli Kepemiluan Usul Ambang Batas Maksimal 50 Persen di Pilpres dan Pilkada
- Putusan MK Perintahkan PSU di Boven Digoel, KPU Merasa Sudah Sesuai Aturan
- Putusan MK Coblos Ulang 24 Pilkada, Ketua Komisi II Bicara Penataan Sistem Politik