Pemerintah Mengenjot Produktivitas Pangan dengan Rekayasa Genetika

Pemerintah Mengenjot Produktivitas Pangan dengan Rekayasa Genetika
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menghadiri rapat pembahasan Pengendalian Inflasi dengan Seluruh Kepala Daerah, yang dilakukan secara hybrid dengan metode luring dan daring. Rapat dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Senin (12/9). Foto: Setpres RI

Institut Pertanian Bogor sendiri telah memiliki sejumlah teknologi untuk mendorong diversifikasi pangan. Namun skalanya masih kecil dan butuh industri untuk turun tangan.

“Teknologi sudah banyak untuk diversifikasi pangan, sudah hampir cukup. Tinggal siapa yang mau investasi. Skala IPB kan kecil, paling kita punya toko dan online, semua itu perlu pasar yang luar biasa,” sebut Rektor IPB Arif Satria.

Dia menyarankan pemerintah bisa mengeluarkan regulasi yang sifatnya memaksa industri. Misalnya, dari 10 ton impor gandum harus berbanding 1 ton penyerapan pangan lokal.

“Sekarang ini momentum cinta pangan lokal, da mengurangi kekurangan impor gandum. Begitu serapan lokal meningkat, desa, petani bangkit,” tegas Arif.

Pemerintah bisa memberdayakan petani di desa untuk mengembangkan pangan lokal seperti gandum, jagung, sagu, dan sorgum.

Untuk sorghum sendiri, pemerintah menargetkan tahun 2023 ada 30 ribu ha lahan ditanami sorgum, tahun 2024 ada 40 ribu ha, yang tersebar di 17 provinsi, di antaranya Sumatera Utara dan Barat, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogja, Bali, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, NTT, dan NTB. (fri/jpnn)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong penggunaan rekayasa genetik (GMO) untuk produk pertanian.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News