Pemerintah Takut Utang Luar Negeri
Senin, 10 Agustus 2009 – 11:31 WIB
JAKARTA -- Anggota Dewan Pakar Partai Demokrat, Pande Radja Silalahi mengatakan, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2010 yang diajukan pemerintah ke DPR pada 3 Agustus 2009, sudah mengikuti perkembangan tuntutan masyarakat. Desakan yang sudah berkembang luas di masyarakat, utang luar negeri dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Dalam pidatonya pada 3 Agustus 2009 di depan paripurna DPR, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan pemerintah tidak akan menggunakan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) meski RAPBN 2010 akan mengalami defisit sebesar 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto.
"Pemerintah terbelenggu oleh anggapan yang beredar di masyarakat bahwa utang luar negeri adalah sesuatu yang dianggap salah. Maka pemerintah terpaksa utang dalam negeri. Padahal, sebenarnya sama saja bahkan utang dalam negeri membayarnya lebih mahal," ujar Pande Radja Silalahi yang juga ekonom dari Centre for Strategic and International Studies (SCIS) dalam diskusi bertema 'Mengkritisi RAPBN 2010, di Jakarta, Senin (10/8).
Pande menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen dalam RAPBN tersebut bahkan dinilai sudah pro rakyat. Dijelaskan, perumusan RAPBN 2010 masih dalam kerangka upaya pemulihan perekonomian Indonesia paska krisis ekonomi global.
Baca Juga:
JAKARTA -- Anggota Dewan Pakar Partai Demokrat, Pande Radja Silalahi mengatakan, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
BERITA TERKAIT
- BPOM Dukung Pengembangan Industri Bioteknologi Nasional
- Berkomitem Beri Pelayanan Terbaik, IAS Handle Kargo Logistik MotoGP 2024 Mandalika
- Penambahan Stok BBM di Ajang MotoGP Turut Menggerakkan Ekonomi Lokal
- Aktivis Dorong Penggunaan Telur Berstandar Kesejahteraan Hewan yang Lebih Tinggi
- Venya Villa Ubud Bidik Investor Asing
- Rayakan HUT ke-35, Bank Raya Tangguh dan Tumbuh Sehat dengan Luncurkan Berbagai Inovasi