Pemerintah Tiongkok Bantah Ada Kerja Paksa di Penjara Shanghai

Pemerintah Tiongkok Bantah Ada Kerja Paksa di Penjara Shanghai
Penulis catatan itu meinta siapa saja yang menemukan kartu Natal itu untuk menghubungi organisasi hak asasi manusia. (Reuters)

Peter Humphrey sempat menghabiskan 23 bulan penjara karena tuduhan memperoleh catatan pribadi warga negara Tiongkok secara ilegal dan menjual informasi itu kepada sejumlah klien termasuk produsen obat GlaxoSmithKline.

Pemerintah Tiongkok Bantah Ada Kerja Paksa di Penjara Shanghai Photo: Peter Humphrey menolak tuduhan Pemerintah Tiongkok bahwa cerita yang ditulisnya adalah rekayasa. Ia menegaskan dirinya belum pernah bertemu keluarga yang menemukan kartu itu.
(Supplied)

 

Tesco langsung membatalkan kerjasamanya dengan pemasok kartu Natal asal Tiongkok pada hari Minggu (22/12/2019) dan mengatakan pihaknya langsung menyelidiki insiden tersebut.

Informasi yang diperoleh ABC mengungkapkan Zhejiang Yunguang Printing juga menjadi pemasok bagi Cotton On Group Australia – kerjasama ini juga turut diselidiki oleh kelompok bisnis itu.

Ini bukan pertama kalinya seorang pembelanja menemukan pesan rahasia tentang kerja paksa di sistem penjara di Tiongkok.

Pada Juni 2014, seorang pembelanja dari Irlandia Utara Karen Wisínska mengatakan dia menemukan sebuah catatan yang menjadi pembungkus kartu identitas penjara Tiongkok di dalam sepasang celana panjang yang dibelinya di Belfast.

Amnesti Internasional mengatakan penulis pesan itu mengaku dirinya adalah seorang tahanan di Penjara Xiang Nan di Provinsi Hubei Tiongkok dan dipaksa bekerja 15 jam sehari.

"Pekerjaan kami di dalam penjara adalah memproduksi pakaian fashion untuk ekspor," kata catatan itu.

Pemerintah China membantah tuduhan terjadi praktek kerja paksa di sebuah penjara di Shanghai China

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News