Pemerintah Tolak Gencatan Senjata

Pemerintah Tolak Gencatan Senjata
Pendukung mendiang Mayjen Khattiya Sawasdipol menuangkan air suci di depan fotonya sebagai bagian dari upacara pra-pemakaman, Senin (17/5). Foto: Getty Images/cnn.com
BANGKOK - Aksi Kekerasan di Thailand masih akan terus berkepanjangan, menyusul sikap keras pemerintah setempat yang dengan tegas menolak gencatan senjata sebagaimana ditawarkan demonstran Kaos Merah. Pemerintah Thailand bersikeras untuk menghabisi demonstran Kaos Merah yang mereka sebut telah melakukan aksi kekerasan jalanan, yang menewaskan 38 orang dalam sepekan terakhir. Melakukan gencatan senjata, bagi pemerintah Thailand merupakan tindakan yang absurd, dan tak mungkin dilakukannya.

"Usulan gencatan senjata itu sama sekali tidak masuk akal," kata Wakil Perdana Menteri Thailand yang membawahi keamanan dalam negeri seperti dikutip kantor berita Perancis AFP. Suthep menegaskan, bahwa selama ini pasukan tentara Thailand tidak menembah warga sipil, namun pasukan keamanan sudah menjalankan tugasnya untuk mengamankan negara. Mereka telah menjalankan tugasnya dari pihak yang berwenang," kata Suthep menegaskan.

Pasukan tentara Thailand kini sedang berupaya untuk mengisolir demonstran Kaos Merah. Mereka menutup pintu dari luar, sehingga tidak ada lagi pendatang aksi baru. Namun sebaliknya, tentara memberikan keleluasaan bagi demonstran Kaos Merah yang akan meninggalkan lokasi."Tindakan itu adalah untuk membersihkan daerah protes dan mencegah para pendatang baru memasuki kawasan tersebut, di samping mengizinkan orang untuk keluar dari wilayah itu."

Seperti diketahui, salah seorang pemimpin demonstran Kaos Merah telah menghubungi pihak pemerintah untuk meminta melakukan gencatan senjata menyusul tewasnya jenderal pembelot  Khattiya Sawasdipol, pekan lalu. Menurut rencana, jenazah Kattiya akan disemayamkan Rabu besok.

BANGKOK - Aksi Kekerasan di Thailand masih akan terus berkepanjangan, menyusul sikap keras pemerintah setempat yang dengan tegas menolak gencatan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News