Pemerintah Yaman di Ujung Tanduk, di Mana Koalisi Saudi?
Serangan agresif STF sejak Minggu itu membuat pasukan yang setia terhadap Hadi kewalahan. Maka, saat itu juga, pemimpin 72 tahun tersebut menyerukan gencatan senjata.
Dia menyuruh seluruh personel militer pro pemerintah kembali ke pangkalan masing-masing.
Kendati demikian, STF yang sempat diperintah STC untuk menahan serangan tidak patuh. Mereka terlibat bentrok dengan PP alias pasukan pengamanan presiden di kawasan Dar Saad.
Bentrokan sengit itu melibatkan tank dan sejumlah senjata canggih. Insiden tersebut memicu bangkitnya perlawanan di kawasan Aden yang lain. Akibatnya, banyak warga sipil yang menjadi korban. Sejauh ini, sekitar 36 nyawa melayang.
”Koalisi akan mengambil tindakan yang dirasa perlu untuk mengembalikan stabilitas keamanan di Aden.” Pernyataan itu dilansir koalisi negara-negara Arab yang dipimpin Arab Saudi.
Kelompok yang menamakan diri mereka Koalisi Saudi itu bungkam sejak pecah konflik pertama di Aden pada Minggu.
Padahal, Dagher terus mendesak koalisi yang terlibat perang Yaman mulai Maret 2015 itu segera bertindak.
Saat kali pertama melancarkan aksi militer di Yaman, Koalisi Saudi menjadi kekuatan di belakang Hadi. Mereka mendukung presiden yang menggantikan Ali Abdullah Saleh sejak 2011 itu karena tidak ingin Yaman jatuh ke tangan pemberontak Houthi.
Kelompok yang menamakan diri mereka Koalisi Saudi itu bungkam sejak pecah konflik pertama di Aden pada Minggu lalu.
- Ribuan Anak Tewas dalam Perang Yaman, Ada Andil Arab Saudi
- 7 Tahun Bombardir Yaman, Saudi Kini Mengaku Ingin Ciptakan Perdamaian
- Luncurkan 2 Drone Bermuatan Peledak, Houthi Serang Pangkalan Udara Raja Khalid di Arab Saudi
- Bombardir Permukiman Sipil, Militer Arab Saudi Kembali Bunuh Bocah Yaman
- Mulai Jarang Membunuh Anak-Anak, Koalisi Arab Saudi Dihapus dari Daftar Hitam PBB
- Koalisi Saudi Kembali Menebar Maut di Yaman, Anak-Anak dan Perempuan Jadi Korban