Pemerintahan Baru Hadapi Pilihan Kebijakan Sulit
Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan
JAKARTA - Bank Dunia mengingatkan pekerjaan berat yang mesti dipikul pemerintahan baru. Lembaga keuangan tersebut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 5,3 persen menjadi 5,2 persen.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A. Chaves mengatakan, pemerintahan baru bakal menghadapi sejumlah pilihan kebijakan yang sulit.
"Pemerintah baru harus mengurangi tekanan terhadap fiskal dan menjalankan reformasi struktural untuk meratakan kemakmuran," katanya saat paparan Indonesia Economic Quarterly Report edisi Juli 2014 di Jakarta kemarin (21/7).
Pilihan kebijakan yang sulit terutama terkait dengan kebijakan energi dan bagaimana melanjutkan reformasi di bidang ekonomi.
Chaves mengatakan, pelemahan kinerja ekonomi dipicu rendahnya harga komoditas dan perlambatan penyaluran kredit. Menurut dia, rendahnya harga komoditas membuat mesin ekspor sebagai pendorong ekonomi Indonesia melemah.
Sedangkan perlambatan kredit merupakan imbas dari bertahannya BI Rate di level yang cukup tinggi. "Selain itu, risiko membengkaknya defisit fiskal bakal menjadi tantangan berat bagi pemerintah baru Indonesia," katanya.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menambahkan, saat ini Indonesia berada dalam tahap krusial. Dia menyebut, tahun ini Indonesia memang masih berada dalam tahap stabilisasi untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. "Karena itu, laju pertumbuhan ekonomi masih terbatas," katanya.
Menurut Diop, Indonesia berpotensi untuk mulai rebound dengan mencapai pertumbuhan ekonomi 5,6 persen pada 2015. Syaratnya, Indonesia harus bisa mengatasi hambatan struktural seperti beban subsidi energi yang terlalu besar sehingga membatasi kemampuan fiskal untuk membangun infrastruktur. "Siapapun yang menjadi presiden Indonesia mendatang harus fokus mengatasi hal ini," tuturnya.
Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Lucky Al Firman yang hadir menjadi panelis dalam peluncuran laporan kemarin mengatakan, pemerintah tetap optimistis bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,5 persen dalam APBN Perubahan 2014. "Pertumbuhan ekonomi Triwulan I memang agak rendah. Tapi, trennya akan membaik," ujarnya.
Menurut Lucky, perlambatan ekonomi Indonesia sejak tahun lalu memang by design atau sengaja dilakukan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. Karena itu, dia optimistis jika tahun ini defisit transaksi berjalan bisa diperbaiki, pemerintah dapat kembali menggenjot pertumbuhan ekonomi. "Jadi, kami tetap optimistis ekonomi Indonesia masih kuat," katanya.
Lucky mencontohkan, tahun lalu, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) juga memberikan proyeksi pesimistis pada perekonomian Indonesia dengan menyebut angka 5,6 persen. Tapi, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu bisa mencapai 5,8 persen. "Jadi, tahun ini pun kami yakin bisa lebih baik dari proyeksi Bank Dunia," tuturnya. (owi/sof)
JAKARTA - Bank Dunia mengingatkan pekerjaan berat yang mesti dipikul pemerintahan baru. Lembaga keuangan tersebut memangkas proyeksi pertumbuhan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dengan Program Ini, Bank DKI Permudah Pengurus Masjid Bertransaksi Perbankan
- Percepat Digitalisasi UKM, Accurate dan RAKUS Jalin Kerja Sama Strategi
- Pengembangan Bioethanol Harus dengan Harga Terjangkau Agar Banyak Peminat
- Harga Kripto Turun, Ini Analisis Pakar soal Penyebabnya
- Jaga Kelancaran Pasokan Energi Selama Nataru, PIS Siapkan 326 Armada Tanker
- Jalin Foundation Raih Dukungan Pendanaan Dana Hibah dari MSD