Pemetik Buah di Australia Tak Bisa Lagi Diupah Berdasarkan Jumlah Panen yang Mereka Ambil

Sekretaris Nasional AWU, Dan Walton menggambarkan keputusan Fair Work Commission sebagai salah satu keputusan paling penting dalam sejarah ketenagakerjaan di Australia.
"Saya yakin keputusan ini merupakan yang paling penting dalam sejarah 135 tahun keberadaan serikat pekerja ini," kata Walton.
"Para pemetik buah di Australia sudah lama dan secara sistematis dieksploatasi dan dibayar rendah.
"Terlalu banyak petani yang bisa memanipulasi sistem a piece rate sehingga bayaran yang mereka berikan di bawah standar di Australia.
"Sekarang akan mudah bagi para pekerja, bahkan bila mereka tidak bisa berbahasa Inggris sekalipun, untuk mengerti apakah mereka mendapat upah rendah atau tidak.
"Mulai dari sekarang, kalau anda mendapat lebih sedikit dari $25 per jam sebagai pemetik buah di Australia, artinya bos Anda melanggar hukum dan mencuri uang anda."
Kemungkinan harga jadi lebih mahal di pasar
Federasi Petani Nasional Australia sebelumnya menentang perubahan aturan upah, dengan mengatakan sistem 'a piece rate' justru membantu produksi.
Mereka merasa perubahan apa pun soal upah akan membuat banyak petani bangkrut.
Semua pemetik buah di Australia, termasuk asal Indonesia, tidak bisa lagi dibayar sesuai dengan berapa banyak buah atau sayur yang dipetiknya dalam sehari
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya