Pemilihan Presiden FIFA Dibumbui Suap Seks?
Menurut dia, gratifikasi layanan seks dan memberikan tas tangan lebih mencolok apabila dibandingkan dengan beasiswa. Dalam analoginya, dia memberikan contoh bagaimana jika ada pihak yang datang langsung ke salah satu negara untuk meminta mendukung jadi host Piala Dunia.
Lalu, istri semua pejabat salah satu federasi datang dan mengambil tas berisi uang GBP 240 (Rp 4,83 juta). ’’Apakah itu bentuk penyuapan? Apakah itu korupsi? Saya akan menjawab itu, ’’ya’’. Itulah praktik kecil untuk menunjukkan di depan umum,’’ terangnya.
Sepanjang pengalamannya sebagai jurnalis, Affentrager tentu sudah sering mengetahui besaran uang yang berputar di balik jual beli suara pemilihan presiden FIFA. ’’Rata-rata mereka menjual suaranya USD 1,5 juta (Rp 19,7 miliar) hingga USD 3,2 juta (Rp 42,1 miliar),’’ sebutnya.
Sebetulnya, masih ada bentuk gratifikasi lain yang lebih mengikat. Gratifikasi itu dibalut program bantuan berlabel Goal Project FIFA. Program yang digagas Blatter sejak 1999 itu khusus membantu perkembangan sepak bola di negara-negara berkembang.
Nah, sangat banyak negara berkembang yang menjadi anggota FIFA. Mereka itu yang sulit melepaskan kebergantungan kepada FIFA sehingga, mau tidak mau, harus menyalurkan dukungan buat Blatter dalam pemilihan presiden lalu. (ren/c4/bas)
ZURICH – Kabar tak sedap berhembus di seputar pemilihan presiden FIFA Jumat lalu (29/5). Tidak hanya menggunakan cara klasik dengan memberikan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pelita Jaya Bungkam Dewa United Banten dengan Mengandalkan 2 Pemain Asing
- Kembali jadi Pelatih Everton, David Moyes Punya Tugas Berat
- Agenda Terdekat Patrick Kluivert Setelah Tiba di Indonesia
- Budi Setiawan Ingatkan STY: Ikhlaslah dan Jangan Alihkan Perhatian
- Sergio van Dijk: Kluivert Rendah Hati & tidak Arogan
- Hajar Arema FC, Dewa United Tembus 4 Besar Klasemen Liga 1