Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah

Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah
Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah
Padahal partai di Pemilu 1955 sangat banyak dan masa Orde Baru hanya tiga, PPP, Golkar dan PDI. Bahkan semua partai berasas tunggal Pancasila, dan tak seperti Pemilu 1955 dan 2009, beraneka ragam, misalnya berasas agama, sosialis, kedaerahan, nasional. Pakar menyebutnya sebagai politik aliran. Malah masih ada Partai Komunis Indonesia (PKI) dan partai perorangan pada Pemilu 1955.

Setelah menjadi wartawan, saya membaca dokumen tajuk rencana suratkabar Pedoman tanggal 30 September 1955. Tidak ada huruhara. Koran itu memuji petugas keamanan dan para pemilih yang berdisiplin tinggi. Datang juga pengamat dan jurnalis asing meninjau dan meliput Pemilu 1955 di Indonesia.

Kala itu, kampanye Pemilu, rapat raksasa, penyebaran alat peraga dan pawai berjalan mulus. Ada rapat umum di malam hari. Kalau hari minggu di pagi hari. Ada lagu-lagu partai diputar dengan piringan hitam. Ada juga film dokumenter perjalanan tokoh Masyumi ke berbagai daerah.

Jika ada pidato yang seru, hadirin bertepuk tangan dan bersorak-sorai. Biasanya rakyat meneruskannya dengan berdebat di kedai kopi. Tak ada yang takut menyebut partai pilihannya. Ribut kecil ada jugalah, tapi tak berdarah-darah. Lurah dan pegawainya bisa saja partainya beda, tapi tak ada tekanan dan intimidasi.

SAYA masih bocah lima tahun. Bau kencur, kata orang. Ayahku bercerita, bahwa penduduk Gunungtua di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara sudah keluar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News