Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah

Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah
Pemilu 1955: Catatan Masa Bocah
Toh ada catatan dari Herbet Feith, doktor ilmu politik dari Cornell University, AS. Ia datang ke Jakarta pada Pemilu 1999 lalu, hendak membandingkan dengan Pemilu 1955, karena sempat menjadi staf sukarela di Kementerian Penerangan RI (1951-1956). Kala itu, ia bertemu dengan Prof George McTurnan Kahin, juga dari Cornell.

Menurut Feith, Pemilu 1955 berlangsung tegang antara kaum Islamis dan Nasionalis, yang berbeda soal ideologi negara. Yang satu menghendaki Islam lainnya nasionalis Pancasila. Faktanya, Pemilu 1955 aman saja. Herannya, Feith heran mengapa Pemilu 1955 berlangsung aman.

Ada praduga bahwa Pemilu 1999 tidak mulus. Sebab jumlah partai pun banyak. Apalagi sebelum 1999 sudah meletus kerusuhan Ambon dan Kalimantan Barat. Ternyata aman saja. Jangan-jangan kerusuhan antaretnik dan agama itu justru direkayasa kelompok tertentu. Siapa tahu!

Pemilu 2009 mestinya no problem. Kontestannya hanya 38 partai. Gerakan separatis sudah padam. Transportasi komunikasi sudah modern. Dana KPU hebat. Kalau toh akan amburadul juga, betapa malunya kita kepada pelaksanaan Pemilu 1955, 54 tahun yang silam itu. Wah, hendak ke mana muka mau disembuyikan!

SAYA masih bocah lima tahun. Bau kencur, kata orang. Ayahku bercerita, bahwa penduduk Gunungtua di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara sudah keluar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News