Pemilu 2019 Cerminan Kesenjangan Ekonomi Yang Dibungkus Isu Agama

"Sekarang banyak orang melihat kenyataan saat ini dengan kacamata masa lalu," ujar dosen ilmu budaya di UGM itu.
Ia lalu merujuk rezim Soeharto yang banyak menempatkan menteri-menteri non-Muslim dan dipandang kelompok Islam, saat itu, memiliki kebijakan yang merugikan golongan mereka.
"Semua menteri strategis itu, Menteri Keuangan, gubernur (Bank Indonesia) juga, jadi secara umum sebelum 90an itu, secara jelas, kebijakan Soeharto itu menganaktirikan orang Islam."
Namun menjelang era 90an, apalagi setelah periode itu, kebijakan Soeharto justru menganakemaskan golongan Muslim karena dukungan terhadap Soeharto sudah menurun. Selain itu, ada perbedaan generasi yang jauh, ditambah lagi kelas menengah Islam yang sudah meningkat dan tak bisa lagi diabaikan.
"Dan itu membuat mereka merasa... dulu disingkirkan, sekarang mereka merasa 'nah ini kesempatan'," jelas Munjid.
Apalagi setelah reformasi, kelompok Islam bisa mengekspresikan diri mereka secara bebas sehingga penggunaan simbol agama Islam di ruang publik sangatlah kuat.
Peneliti jebolan Amerika ini menyebut fenomena politik identitas tersebut erat kaitannya dengan formalisasi Islam.
"Kita melihat kebangkitan formalisasi Islam yang bisa dipelintirkan dengan mudah untuk kepentingan politik dan bisnis," jelasnya.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya