Pemilu Terbuka & Twit 'False Flag' Denny Indrayana

Pemilu Terbuka & Twit 'False Flag' Denny Indrayana
Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. Foto: dokumen JPNN.Com

Ibarat perang, Denny berhasil mengumpulkan pasukan koalisi dalam jumlah yang besar. Dalam episode Perang Teluk, George W. Bush bisa meyakinkan negara-negara sekutunya untuk membentuk koalisi besar, dan mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk menghancurkan WMD Irak.

Denny Indrayana berhasil menggalang koalisi besar dengan cuitannya sehingga muncul gelombang opini publik besar untuk menyerang WMD milik MK.

Tidak tanggung-tanggung, 8 fraksi di DPR tegas menyatakan menolak sistem tertutup. PDIP sebagai the ruling party menjadi terisolasi dan teraleniasi.

PDIP menjadi satu-satunya fraksi yang mendukung sistem pemilu tertutup. Delapan partai itu solid menentang PDIP, padahal di antara mereka terdapat partai-partai yang mendukung koalisi pemerintah yang dipimpin oleh PDIP.

Ternyata koalisi baru bisa mengalahkan PDIP. Hal ini menjadi warning bagi PDIP bahwa koalisi yang mereka bangun tidak selalu solid.

Jika ada isu yang merugikan salah satu partai bisa saja koalisi pecah. Oleh karena itu, serangan pre-emptive berikut yang patut diwaspadai adalah cuitan Denny Indrayana tentang Presiden Joko Widodo layak dimakzulkan atau di-impeach karena cawe-cawe dalam urusan penentuan calon pasangan presiden dan wakil presiden.

Doktrin preemptive strike ala George W Bush banyak dikecam oleh aktivis demokrasi dunia, tetapi doktrin itu sukses mengeliminasi musuh terbesar Bush, yaitu Saddam Husein.

Doktrin preemptive strike Denny Indrayana dikecam oleh lawan-lawan politiknya. Akan tetapi, doktrin Denny berhasil menahan MK supaya tidak memakai WMD yang menghancurkan demokrasi.

Serangan pre-emptive berikut yang patut diwaspadai adalah cuitan Denny Indrayana tentang Presiden Joko Widodo layak dimakzulkan atau di-impeach.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News