Pemimpin Studi Alkitab Donald Trump Sebut Corona Murka Allah ke Kaum Gay
jpnn.com - Pemimpin studi Alkitab kabinet Presiden Donald Trump, Ralp Kim Drollinger, menyatakan bahwa wabah virus corona merupakan bentuk murka Allah kepada kaum gay dan lingkungan.
Pernyataan itu, ditulis oleh Ralp dalam sebuah panduan pengajian mingguan Alkitab di lingkungan Gedung Putih.
"Sehubungan dengan krisis pandemi corona, ini bukan murka pengabaian Tuhan atau murka kataklismik-Nya, melainkan menabur dan menuai kemarahan," tulis Drollinger dalam sebuah makalah pengajian Alkitab berjudul Apakah Allah Menghakimi Amerika Hari Ini?, lansir thesun.
“Evaluasi Alkitab terhadap situasi ini menunjukkan bahwa Amerika dan negara-negara lain di dunia menuai apa yang telah ditaburkan Tiongkok karena kecerobohan para pemimpin mereka dan kurangnya keterbukaan dan transparansi,” lanjutnya.
Seperti dilaporkan The Intercept, Drollinger mengkritik "agama lingkungan" dan orang-orang yang menunjukkan "kecenderungan terhadap lesbianisme dan homoseksualitas."
Drollinger melanjutkan, bahwa orang-orang ini (gay dan pegiat lingkungan) telah "diizinkan" oleh umat beriman untuk mendapatkan posisi tinggi dalam pengaruh budaya kita, baik di pemerintahan, sistem pendidikan, media hingga industri.
Kemudian Drollinger menegaskan, bahwa keputusan itu sangat tragis, tidak menguntungkan, dan mahal.
Mantan pemain basket profesional itu mengklaim orang-orang tersebut, sebagian besar bertanggung jawab atas murka Allah yang konsekuensial terhadap bangsa.
Pemimpin studi Alkitab Presiden Donald Trump, Ralp Kim Drollinger, menyatakan wabah virus corona merupakan murka Allah kepada kaum gay dan lingkungan.
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Kloning Javier
- Investor Ketar-Ketir soal Perang Dagang, Rupiah Hari Ini Ditutup Ambruk 58 Poin
- Kebijakan Donald Trump Berpotensi Bikin Produsen Mobil Dunia Boncos
- Belum Resmi Jadi Presiden, Donald Trump Sudah Cari Gara-Gara dengan Negara BRICS
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina