Pemindahan Ibu Kota Belum Jelas, Masih Wacana
Yang penting adalah komitmen untuk merealisasikan pemindahan tersebut.
’’Kita jangan alergi memindahkan ibu kota atau pusat pemerintahan,’’ tutur Awiek, sapaan akrabnya.
Menurut Awiek, sudah menjadi fakta bahwa Jakarta mengalami kelebihan daya tampung. Kasus macet dan banjir menjadi kerugian yang harus dialami warga Jakarta dan warga komuter sekitar Jakarta.
Untuk merealisasikan pemindahan ibu kota, sebaiknya diukur perbandingan biaya bulanan beserta angka kerugian tinggal di Jakarta dengan biaya membangun infrastruktur baru untuk pusat pemerintahan baru.
’’Bandingkan saja lebih tinggi mana supaya jadi ukuran,’’ ujar wakil Sekjen PPP tersebut.
Menurut Awiek, jika biaya membangun infrastruktur ibu kota baru lebih rendah, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan serius lokasi pusat pemerintahan baru.
Namun, pemindahan ke ibu kota baru harus disertai perencanaan yang terperinci.
’’Persiapkan transportasi masal, termasuk antisipasi bencana. Ibu kota baru jangan di lokasi tanah yang labil. Atau, jika ada bencana asap, apa antisipasinya,’’ terang Awiek.
Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Palangkra Raya, Kalteng, dianggap masih wacana, belum konkret.
- Fisip UPNVJ Bahas Masa Depan Jakarta setelah Ibu Kota Pindah
- Polemik Pemindahan Balai Kota, Ridwan Kamil: Mas Pram Membingungkan Masyarakat
- Debat Sengit soal Pemindahan Balai Kota, Pramono Sindir Ridwan Kamil Soal Imajinasi
- Istri Polisi di Palangka Raya Menipu 2 Orang Mencapai Rp 315 Juta
- Telah Mempermalukan Polri, Bripda Wahyu Dipecat Tak Terhormat, Lihat Coretan Itu
- Menurut Jokowi, Pemindahan Ibu Kota ke IKN Keputusan Seluruh Rakyat Indonesia