Pemintaan Maaf Presiden Jokowi Dinilai Tak Cukup Akhiri Persoalan di Papua

Ketidakpercayaan yang muncul di antara kedua belah pihak berawal dari pemahaman yang sangat minim di antara keduanya.
Doktor lulusan Australia ini lantas beranggapan permintaan maaf dan ajakan untuk memaafkan demi meredam kerusuhan tidak cukup menyelesaikan persoalan yang selama ini terjadi di Papua.
"Saya melihatnya ada pemahaman yang sangat berbeda dari apa yang kita pikir dengan apa yang orang Papua pikir."
"Nah itu harus dibicarakan, kalau tidak ya nanti akan terus berulang seperti ini."
Ia berpendapat, langkah dialog yang akan dilakukan para pejabat untuk meredam kerusuhan hanyalah bersifat temporer.
"Harus ada dialog lebih panjang untuk bicara esensi apa yang sebetulnya sangat mendasar, yang sebetulnya orang non-Papua tidak paham, dan orang Papua pun juga tidak paham cara berpikir kita."
"Itu yang menurut saya jauh lebih penting daripada sekedar menyelesaikan kerusuhannya."
Adriana berharap, Pemerintah Indonesia mengaktifkan dialog jangka panjang agar persoalan di Papua terselesaikan dan perdamaian di sana benar-benar terwujud.
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia