Pemulangan Warga Rohingya Ke Myanmar Dianggap Belum Aman


Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, menyerukan penghentian proses tersebut, mengatakan hal itu "menyebabkan teror dan panik" di dalam kamp di Cox's Bazar.
"Jika kami mendapatkan hak kami, kami dengan senang hati akan kembali, kami bisa pindah sekarang," kata seorang pengungsi yang tinggal di salah satu kamp kepada media.
"Kami mengalami begitu banyak rasa sakit, dan jika kami kembali lagi untuk menghadapi hal yang sama, lalu mengapa kami harus pergi?."
Bencosme mengatakan bahwa seluruh proses ini tidak memiliki transparansi.
"Dari semua yang kami dengar, Rohingya tidak diajak konsultasi sehubungan dengan kesepakatan repatriasi ini," katanya.
"Kenyataan bahwa Anda akan mengembalikan para pengungsi ke tempat di mana hak-hak mereka akan terus dilanggar, dan hidup mereka terus-menerus berisiko, di mana banyak orang yang sama yang membakar desa-desa mereka akan tinggal tepat di sebelah mereka sangat tidak dapat diterima oleh Amnesty International. "

- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia