Pemulung Garap Anak Tiri Berulang Kali

Sosiolog asal Unand, Elfitra menilai, maraknya kasus cabul adalah efek dari derasnya arus keterbukaan informasi. Mulai dari internet, smartphone, dan lainnya. Semua pihak mengagung-agungkan internet, bahkan institusi pendidikan mendorong siswa dan guru menggunakan internet. Banyaknya smartphone juga membuat orang bisa mengakses internet dengan sangat mudah.
Namun, hal itu tidak dibarengi dengan rambu-rambu dan pengawasan yang memadai. Misalnya, umur orang yang boleh mengakses internet, kemudian filter yang cukup.
"Contoh, siswa disuruh cari tugas di internet. Kemudian, saat mencari tugas, tiba-tiba ada iklan vulgar muncul ke monitor. Karena penasaran, iklan itu diklik, ternyata isinya hal-hal negatif. Artinya, akses internet dibuka, tapi pihak terkait gagal mengantisipasi efek negatifnya," jelasnya.
Begitu juga dengan orang dewasa. Kadang, saat buka internet di handphone, tanpa disadari ada godaan untuk membuka hal-hal negatif. Maka timbullah hasrat, ujung-ujungnya saat istri tidak di rumah, anak kandung atau anak tiri dicabuli. Tidak ada anak, kadang anak tetangga juga bisa jadi korban," ujarnya.
Ini pesan bagi para orangtua perempuan agar tidak mempercayakan anaknya kepada lelaki mana pun. "Hati-hati, karena sebagian besar kasus pencabulan dilakukan orang terdekat, camkan itu," tegasnya.(wrd/adi)
PADANG - Sumatera Barat (Sumbar) benar-benar berada dalam kondisi darurat cabul atau krisis moral. Betapa tidak, satu per satu kasus, cabul menguak
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Modus Arisan dan Investasi, IRT di Purwakarta Tipu 580 Orang hingga Rp1 Miliar
- 4 Remaja Jadi Begal Bawa Senjata Api di Kuta Bali
- 3 Petugas Jaga Dapat Sanksi Buntut 8 Tahanan Kabur dari Rutan Polres Lahat
- Wanita Lansia di Pagar Alam Diperkosa Saat Mencuci di Tempat Pemandian Umum, Begini Kronologinya
- Bayi Perempuan Dibuang di Depan Rumah Warga Bekasi
- Pasien RSJ Tampan Pekanbaru Ditemukan Tewas Tergantung, Polisi Cek CCTV