Penambahan Foto SIM Perlu Untuk Identifikasi Pelaku Teror di Australia

"Anda tak bisa membiarkan risiko peretasan mencegah Anda melakukan semua yang Anda bisa untuk menjaga agar warga Australia tetap aman," katanya.
"Fokusnya, tentu saja, adalah untuk terus memperbaiki keamanan cyber kita. Saya telah menjadikannya prioritas besar dari pemerintahan saya.”
"Tapi pada saat bersamaan, kami harus bisa menjaga agar warga Australia tetap aman."
Namun David Vaile, kepala Pusat Hukum dan Kebijakan Dunia Maya di Universitas New South Wales, menyoroti risiko database yang diretas.
"Pengidentifikasi biometrik tidak seperti pengenal lainnya, itu tidak bisa dicabut," ujarnya.
"Anda tak bisa mengatakan 'Saya akan mengubah wajah saya'. Jadi setelah diretas, Anda berpotensi memiliki masalah seumur hidup."
Pertemuan para pemimpin federal, negara bagian dan teritori Australia pada hari Kamis (5/10) juga akan membahas undang-undang yang seragam di seluruh Australia untuk membiarkan tersangka terorisme ditahan selama dua minggu tanpa tuduhan.
PM Turnbull ingin mereka setuju untuk menjadikannya suatu pelanggaran atas kepemilikan materi yang memiliki instruksi untuk melakukan terorisme, dan juga pendekatan yang konsisten secara nasional terhadap orang-orang yang terbukti bersalah atas kejahatan terorisme.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia