Pencari Suaka: Indonesia Lebih Cepat Tanggap Urusan Pengungsi Dibanding Negara Ini
Kubra mengaku senang dengan perlakuan masyarakat Batam. Masyarakat Batam sangat ramah dan baik kepada mereka. Ketika datang, beberapa orang meluangkan waktu untuk berbincang. Sekedar untuk bertegur sapa. Beberapa lainnya datang hanya untuk memberikan bantuan lalu segera pergi.
Namun, tinggal di area terbuka seperti taman tentu berbeda dengan tinggal di ruang tertutup. Tidak ada privasi. Segala tindak-tanduk mereka terpantau. Tapi yang paling menyedihkan itu kondisi anaknya. Anaknya semakin kurus. Berat badannya berkurang hingga lima kilogram.
"Setiap malam, saya menangis dan menangis. Apa salah anak saya sampai ia harus menerima kondisi seperti ini," tuturnya.
Zulqarnan lahir di Jakarta, tiga tahun lalu. Itu tahun pertama Kubra sampai di Indonesia. Sementara suaminya, sudah setahun lebih lama tinggal di Indonesia.
Ia singgah di Malaysia sebelum tiba di Indonesia. Tapi ia enggan tinggal di Malaysia. Sebab, katanya, Indonesia yang paling cepat tanggap dalam pengurusan pengungsi dan pencari suaka.
"Tapi ternyata semuanya berubah sekarang. Karena pengurusan di Jakarta lama, kami pergi ke Batam," tuturnya.
Namun, hingga saat ini, ia masih belum mendapat kepastian dari pihak imigrasi. Ketika hendak mencari tahu tentang kejelasan nasib mereka, pihak imigrasi selalu menolak.
"Kami disuruh pergi. Jauh-jauh dari mereka," katanya. (ceu/ray)
BATAMKOTA - Batam kembali didatangi para pencari suaka dan pengungsi. Mereka kini menginap di Taman Aspirasi Batamcentre. Kubra Hudairi, pengungsi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Banjir Akibat Luapan Sungai di Medan: 7.699 Rumah Terendam, 24.874 Warga Terdampak
- Marisa Putri, Mahasiswi Penabrak Wanita di Pekanbaru Dituntut 8 Tahun Penjara
- Kronologi Pelajar SMK Hanyut di Air Terjun Lahat
- Cegah Konflik Sampai Tahapan Pilkada Selesai, Polda Sumsel Siapkan Strategi Khusus
- Pelajar SMK di Lahat Hanyut, Tim SAR Bergerak Melakukan Pencarian
- 3 Orang Tewas dalam Kebakaran di Palembang