Pendapat WNI di Australia dan Selandia Baru Mengenai Debat Capres
Moh Abdul Hakim, mahasiswa PHD bidang Psikologi Sosial dan Politik di Massey University, Auckland (Selandia Baru)
Photo: Moh Abdul Hakim mahasiswa Phd Massey University Auckland, Selandia Baru (Istimewa )
Secara umum, saya melihat debat semalam masih sebatas adu retorika saja dan cenderung membosankan.
Kedua pasangan tidak banyak menyampaikan data-data statistik yang mendukung argumen mereka, sehingga jawaban-jawaban yang diberikan hanya enak didengar di telinga saja, tetapi belum menyentuh pokok-pokok persoalan.
Ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan tekait penanganan kasus pelanggaran HAM dan penegakan hukum tebang pilih, misalnya, Jokowi seringkali memberikan jawaban-jawaban yang sangat normative.
Katanya, kalau Prabowo punya data, ya laporkan saja. Ini agak mengecewakan.
Sebenarnya saya mengharapkan lebih dari sekedar jawaban normatif, tetapi juga menjelaskan bagaimana Jokowi memastikan kasus-kasus semacam penganiayaan Novel Baswedan itu bisa dituntaskan secepatnya.
Di sisi lain, jawaban-jawaban dari pasangan Prabowo dan Sandi juga sering terdengar ambigu.
Saat ditanya mengapa ada banyak mantan koruptor di daftar caleg Gerindra, Prabowo memberikan jawaban yang bertele-tele dan bahkan terdengar kontradiktif.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata