Pendekatan Keamanan Saja Tidak Cukup Atasi Terorisme di Indonesia
Propaganda mereka telah menciptakan jargon dan demam di kalangan pemuda Muslim di seluruh dunia dengan sebuah fantasi bahwa kekerasan terhadap orang di luar Islam dan juga Muslim yang dianggap ‘sebagai musuh Islam’ telah dianggap sebagai bentuk ‘jihad’ yang membutuhkan partisipasi dari para pemuda Muslim.
IS juga telah menciptakan harapan palsu dan pesona bahwa sebuah sistem pemerintahan yang sempurna yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang paling murni telah tegak. Tapi sistem ini masih memerlukan kaum muslimin untuk berhijrah dari negara muslim yang tidak benar-benar" murni" Muslim dan negara non-Muslim untuk turut membangun sistem politik alternatif ini.
Sampai saat ini pemerintah Indonesia dan juga kalangan masyarakat madani belum memiliki strategi dan upaya yang sistematis untuk melawan argumen yang dilontarkan para pendukung IS di media sosial. IS dengan cerdik menargetkan individu yang sedang mencari jati diri, terutama para anak muda yang cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya dari pada di dunia nyata dan merasa ‘eksis’ ketika mendapatkan banyak "Like" di Facebook.
Jika IS telah berhasil mengunakan jejaring sosial untuk menyebarkan pesan mereka di Facebook, Twitter dan YouTube, kitapun masyarakat madani juga perlu membuat kampanye serupa di media sosial untuk melawan gerakan mereka. Kita bisa “belajar” bagaimana "kreatifnya" kelompok ini menggunakan teknologi untuk menyebarkan ideologi mereka dengan melihat produksi video, membaca Twitter dan semua yang mereka posting di dunia maya.
Dengan bantuan masyarakat sipil, pemerintah Indonesia harus meluncurkan kampanye di media sosial untuk menandingi narasi Islam yang IS terus menerus tawarkan itu.
Terorisme berakar dalam keyakinan ideologi yang ekstrim. Jika kita ingin mencegah aksi teror terjadi lagi, kita tidak ada pilihan lain kecuali harus berusaha mencegah anak muda terpengaruh oleh ideologi kelompok ekstremis ini . Kitapun juga harus menemukan cara yang baik untuk memberikan wacana alternatif bagi orang yang pernah dihukum karena aksi terorisme, sehingga mereka tidak akan tergiur untuk kembali dunia lama mereka.
Artikel asli sudah diterbitkan oleh Noor Huda Ismail dalam bahasa Inggris, dengan judul To Fight Terrorism, Indonesia Needs to move beyond security measures di situs The Conversation.
*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Noor Huda Ismail adalah penerima beasiswa Australian Award 2014 untuk menyelesaikan PhD di bidang Politik dan Hubungan Internasional di Monash Universtiy. Ia juga adalah produser dan sutradara film ‘Jihad Selfie’ yang akan masuk Indonesia awal tahun 2016. Bukunya 'Temanku Seorang Teroris' diterbitkan dalam bahasa Inggris.
Pengamat kejahatan terorisme sekaligus pendiri Institute for International Peace Building di Jakarta, Noor Huda Ismail berpendapat perlu ada dorongan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata