Penderita Buta Aksara Tersisa 8,3 Juta
Jumat, 21 Oktober 2011 – 23:32 WIB
JAKARTA—Memberikan pembelajaran keaksaraan bagi penduduk usia di atas 50 tahun tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan dan terobosan khusus. Pembelajaran keaksaraan dapat dikenalkan melalui aktivitas sehari-hari dan diintegrasikan dengan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya.
"Seseorang yang tadinya belum mengenal aksara kemudian diajarkan menjahit. Bersama dengan menjahit itu dikenalkan dengan keaksaraan, sehingga yang ditonjolkan adalah aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi termasuk juga aktivitas budaya. Kalau dimulai dari aktivitas keaksaraan terlebih dahulu akan susah terutama bagi usia-usia lanjut," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh usai membuka Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Ke-46 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Jumat (21/10).
Baca Juga:
Tema peringatan HAI Ke-46 adalah "Aksara Membangun Perdamaian dan Karakter Bangsa" dengan subtema untuk di tingkat daerah "Melalui Peringatan HAI Ke-46, Kita Tingkatkan Kualitas Manusia yang Berkarakter dan Berbudaya Damai".
Nuh menyampaikan, setiap anak bangsa harus mampu mengenal karakter yang lazim digunakan untuk berkomunikasi.
JAKARTA—Memberikan pembelajaran keaksaraan bagi penduduk usia di atas 50 tahun tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan dan terobosan
BERITA TERKAIT
- Uhamka Masuk Daftar Universitas Terbaik Asia versi QS AUR 2025
- Ini Kata Bahlil soal Gelar Doktornya di SKSG UI
- SANF Perkuat Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Keren, Siswa Mentari Intercultural School Jakarta Boyong Emas dari Malaysia
- Dibilang Abal-Abal, UIPM Justru Pelopor Kampus Virtual Menggunakan Second Life
- Dukung Masa Depan Bangsa, Peruri Berikan Beasiswa bagi Anak TNI POLRI