Penderita Epilepsi Berisiko Mati Lebih Dini
jpnn.com - SELAMA ini banyak orang salah persepsi tentang penyakit epilepsi. Bahkan, ada yang menganggap epilepsi sebagai kutukan. Padahal, epilepsi bukanlah penyakit kutukan, tapi sebuah kondisi yang diakibatkan oleh sejumlah faktor seperti kelainan genetik, trauma kepala atau infeksi pada otak.
Namun yang mengejutkan, sebuah studi jangka panjang menemukan penderita epilepsi lebih sering dilaporkan mati muda ketimbang orang sehat. Secara rinci, studi yang berlangsung selama 41 tahun dan dipublikasikan dalam jurnal Lancet itu mengungkapkan bahwa perbandingan antara pasien epilepsi dan orang sehat yang meninggal dini adalah 9 : 0,7 persen.
Peneliti juga menemukan, pasien epilepsi dan orang yang mengalami gangguan kesehatan akibat penyalahgunaan obat-obatan serta alkohol, berpeluang 22 kali lebih besar meninggal dunia dibandingkan orang-orang yang tidak mengidap keduanya. Selain itu, pasien epilepsi berpeluang empat kali lebih besar untuk meninggal karena bunuh diri dibandingkan orang yang tidak mengidap epilepsi.
Menurut ketua tim peneliti dari Oxford University, Dr Seena Fazel, temuan itu bisa memberikan implikasi kesehatan yang signifikan, karena sekitar 70 juta orang di penjuru dunia mengidap epilepsi. "Untuk itu, menekankan pentingnya pemeriksaan dan pengobatan gangguan psikiatri sebagai bagian dari pemeriksaan standar untuk pasien epilepsi, juga dianggap dapat membantu mengurangi risiko kematian dini pada pasien-pasien ini," kata Seena seperti dilansir Daily Telegraph, Sabtu (31/8).
"Studi kami juga menonjolkan pentingnya mempertimbangkan percobaan bunuh diri dan kecelakaan yang tidak disebabkan kendaraan bermotor sebagai penyebab utama kematian pasien epilepsi yang bisa dicegah," tambahnya.
Sebelumnya, sebuah studi terpisah juga memperingatkan bahwa anak-anak yang ibunya minum obat anti epilepsi selama masa kehamilan diprediksi akan menghadapi risiko tinggi mengidap autisme. Ketika mencapai usia tiga tahun, anak-anak berpeluang empat kali lebih besar untuk memperlihatkan gejala-gejala autisme jika ibunya mengonsumsi obat-obatan untuk mengendalikan kejang akibat epilepsi yang dialaminya.(fny/jpnn)
SELAMA ini banyak orang salah persepsi tentang penyakit epilepsi. Bahkan, ada yang menganggap epilepsi sebagai kutukan. Padahal, epilepsi bukanlah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Hadirkan Kesegaran Sehat, Healthy Drink Pikat Pengunjung BFA Surabaya
- Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
- Majukan Brand Lokal Indonesia Melalui Panggung Hybrid Fashion Show
- Herbalife Kampanyekan Pentingnya Asupan Protein, Dorong Hidup Sehat
- 5 Manfaat Air Perasan Jeruk Nipis, Bantu Cegah Serangan Penyakit Ini
- Chief Human Capital Officer ACC Raih Indonesia Most Powerful Women Awards 2024