Penderitaan Muslim Ukraina Berpuasa di Tengah Invasi Rusia

Akibat tekanan tersebut, banyak Muslim Tartar di Krimea meninggalkan semenanjung menuju daratan Ukraina dan Turki.
Pemerintah Turki mengaku siap menerima dan mengakomodasi pengungsi Tatar Krimea yang memiliki ikatan bahasa dengan orang Turki.
Ternyata, penindasan terhadap kelompok minoritas Muslim Tartar Krimea saat ini bukan pertama kali terjadi.
Pada 1944, sedikitnya 190 ribu orang dideportasi ke Asia Tengah atas tuduhan bekerja sama dengan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.
Separuh di antaranya tewas karena kelaparan dan mereka yang mencoba kembali pulang ke Semenanjung Krimea dihukum 20 tahun penjara, sementara yang selamat selama beberapa dekade terus hidup tetapi dianggap sebagai pengkhianat.
“Saat ini, umat Islam banyak direpresi oleh tentara Rusia. Hal ini terjadi akibat kepentingan geopolitik suatu pihak. Segala hal diskriminasi yang dilakukan Rusia ini dapat digolongkan sebagai fasisme dan nazisme,” tutur Sheikh Aider Rustemov.
Dia menegaskan saat ini Muslim Tartar dan bangsa Ukraina berjuang demi kemerdekaan.
“Kepada Muslim Indonesia, sebagai sesama saudara, saya meminta doa dan dukungan untuk kemerdakaan umat Muslim di Ukraina,” tandas Rustemov. (mcr9/jpnn)
Para pemimpin minoritas umat Islam di Ukraina mengaku kesulitan menjalani ibadah puasa pada bulan Ramadan akibat serangan Rusia.
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Dea Hardianingsih
- Bersyukur Ramadan Lancar, Teuku Ryan Bilang Begini
- Jennifer Coppen Ungkap Alasan Tidak Berpuasa Ramadan Tahun Ini
- Pengalaman Pelajar Asal Indonesia Ikut Ujian Nasional di Australia Saat Berpuasa Ramadan
- Sundown Markette, Menyulap Ruang Publik Menjadi Destinasi Ngabuburit Favorit di Jakarta
- Selama Ramadan, Jadwal Makan Bergizi Gratis Dihentikan Sementara
- Rusia Gandeng Korea Utara, Korsel Siap Memasok Senjata ke Ukraina