Pendidikan Anak Usia Dini Jangan Terhenti Karena COVID-19
Hal ini lebih dikenal dengan istilah use it or loose it.
Dia melanjutkan, hal ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas stimulasi karena setiap detik terjadi 1,684 juta sambungan sel otak.
"Sedangkan, untuk kualitas stimulasi terkait pada aspek perkembangan atas apa saja yang distimulasikan pada anak dengan cara yang tepat atau tidak,” tambah Netti.
Anak di usia dini belajar lewat bermain aktif, sehingga orangtua pun harus bisa memberi fasilitas yang baik.
Maka, orang tua harus bisa mengubah pola pikir bahwa anak yang bermain adalah pertanda dirinya sedang mengasah kecerdasan.
Lebih lanjut Prof Netti membagikan tentang beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua demi keberhasilan keberlangsungan pendidikan anak usia dini.
Menurutnya, anak sedari dini harus dilatih berpikir kritis atau critical thinking.
Ini disebabkan karena terlalu banyaknya informasi yang masuk di era digital seperti sekarang.
Para orang tua perlu tahu, bahwa pendidikan anak usia dini jangan sampai terhenti karena COVID-19.
- Menteri PPPA: Intervensi kepada Anak Usia Dini Memutus Mata Rantai Kemiskinan
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- UNICEF Mengapresiasi Program PAUD Pemerintah, Ada Sejumlah Tantangan
- Global Sevilla School Tanamkan Karakter Positif Anak Lewat Mindfulness
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru