Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia

Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
Fisioterapis asal Cile Antonio Michell telah menunggu bertahun-tahun agar kualifikasinya diakui di Australia. (ABC News: Marcus Stimson)

"Ada insinyur dan dokter yang mengemudikan kendaraan [sejenis Uber] atau bekerja menumpuk barang-barang," katanya.

"Ada perawat yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di negara lain, tapi di Australia mereka bekerja sebagai pembersih, mereka bekerja di ritel atau perhotelan," jelasnya.

Kampanye baru ini didukung oleh para pengusaha seperti Allianz dan MercyCare, kelompok bisnis seperti Masterbuilders, Australian Council of Social Service, dan Australian Council of Trade Unions.

Fisioterapi yang menjadi penyapu lantai

Untuk bisa menemui fisioterapi, warga di Australia bisa menunggu berbulan-bulan. Alasannya karena Australia kekurangan tenaga fisioterapis. 

Tapi saat ada fisioterapi dengan pengalaman 10 tahun seperti Antonio Michell yang berasal dari Chile, ia malah bekerja sebagai pengemudi transportasi umum dan menyapu lantai.

Setelah pindah ke Sydney pada tahun 2018, lulus dari beberapa ujian, serta mengeluarkan sekitar A$10.000 untuk biaya ujian dan biaya perjalanan, pria berusia 38 tahun tersebut masih menunggu Australia untuk mengakui kualifikasi keterampilannya.

Padahal Australia saat ini sedang kekurangan tenaga fisioterapi, menurut lembaga Skills Priority List.

"Saya sudah menghabiskan banyak waktu dengan orang-orang di kawasan regional yang menunggu berbulan-bulan agar bisa bertemu dengan fisioterapi," katanya kepada ABC.

Sekitar 44 persen migran pekerja terampil di Australia malah bekerja dengan upah rendah atau yang tidak sesuai dengan bidangnya, padahal keterampilan mereka sedang dibutuhkan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News