Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras

Oleh Dahlan Iskan

Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Perencanaan buih seperti itu hilang sendiri. Di forum jam 8 malam. Tidak perlu dimarahi.  Mereka akan malu sendiri. Tidak bisa mengerjakan apa yang direncanakannya. Perencanaan buih hanya membuat dirinya di-booo. Bukan oleh Ricky. Tapi oleh teman mereka sendiri.

Di akhir forum seperti itulah  Ricky berfungsi sebagai pendongeng. Itulah gelar yang ia pakai: pendongeng. Dongeng yang bernas.

Sejak ‘terhempas’ di Ciheras, Ricky memang banyak merenung. Renungan seorang yang cerdas. Renungan seorang yang terus berpikir.

Renungan yang hasilnya bisa jadi sumber dongengannya. Untuk anak-anak muda Indonesia. Yang nyantri di pondoknya.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya. Yang menyebabkan ia meninggalkan Jepang. Negeri yang sudah membuatnya pintar. Yang sudah membuatnya memiliki 14 paten di sana. Membuatnya punya tabungan. Membuatnya ahli di bidang motor listrik.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya: sayalah  yang membuat ia terhempas di Ciheras. Setelah program mobil listrik berujung seperti ini.

Sejak uzlah ke Ciheras Ricky banyak mendalami pemikiran Michio Kaku. Ahli fisika Amerika berdarah Jepang. Yang mengajarkan arti hidup seorang manusia.

Atau pemikiran almarhum Richard Feynman. Pencipta bom atom. Yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Di tahun 1945.

Anak muda yang pernah 14 tahun di Jepang itu menetap di satu desa pinggir laut selatan. Di pelosok Tasikmalaya. Di situ ia bikin pondok pesantren teknologi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News