Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras

Oleh Dahlan Iskan

Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Ricky juga mendalami pemikiran Imam Al Gozhali. Ia menggabungkan filsafat barat itu dengan filsafat Islam.

Ricky dalam setiap dongengnya memberikan optimisme. Memberikan ajaran perlunya anak muda terus berpikir. Terus membuat mimpi. Tapi juga harus terus memikirkan kembali mimpi itu.

Ia mengutip dengan fasih  pemikiran Michio Kaku tentang pentingnya redreaming. Dari filsafat-filsafat itu Ricky sampai memelihara kambing. Juga membuat kolam lele.

Itu bermula dari pergaulannya dengan masyarakat sekitar Ciheras. Yang punya tradisi memelihara kambing. Tapi kambingnya kurus-kurus. Tidak bisa membuat tuannya gemuk. Hasil penjualan kambing mereka tidak memadai.

Kambing itu kurus. Sengaja  dibiarkan kurus. Kurus-gemuk ketika dijual tidak banyak beda. Tengkulak kambing membelinya perekor. Bukan beratnya berapa kilo. Tidak ada timbangan di desa.

Ricky pun belajar dari kehidupan: bagaimana membuat kambing gemuk. Ia beli kambing itu. Yang beratnya baru 8 atau 10 kg. Dari uang tabungannya.

Ia juga tahu: orang desa sering mimpi: punya sepeda motor. Bekas sekali pun. Mencari rumput pun harus punya motor.

Ricky menawarinya motor bekas. Yang boleh dicicil dengan rumput. Tiga kuintal sehari. Setara dengan tiga karung.

Anak muda yang pernah 14 tahun di Jepang itu menetap di satu desa pinggir laut selatan. Di pelosok Tasikmalaya. Di situ ia bikin pondok pesantren teknologi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News