Penduduk Sementara yang Ingin Beli Rumah di Hobart Terhambat Biaya Tambahan yang Tinggi
"Saya sudah menganggap Australia seperti kampung sendiri, namun saya merasa bukan warga negara kelas satu di sini," ujar Rahman kepada ABC.
Rahman tiba di Hobart sebagai insinyur setelah disponsori oleh negara bagian itu melalui program Visa Pekerja Terampil sekitar dua setengah tahun lalu.
"Jujur saja saya merasa seperti mimpi saat itu," katanya.
Sebelum pindah ke Tasmania, Rahman bekerja sebagai pekerja kemanusiaan, membangun sekolah, rumah sakit, sarana air bersih dan fasilitas pendukung kebersihan di Afghanistan, Kenya, Sierra Leone, Yaman dan Solomon Islands.
Atas desakan anak-anaknya, keluarga ini pun akhirnya memutuskan menetap di Hobart.
"Anak kedua saya mulai menanyakan, bahasa apa yang harus dia pelajari," katanya.
"Kami punya teman di sekolah di suatu negara, kemudian harus pindah lagi ke negara lain," kata Rahman mengutip keluhan anaknya.
"Saat itu saya sadar betapa perlunya hidup secara stabil sehingga anak-anak kami bisa fokus dengan pendidikannya," ujarnya.
Kenapa ada biaya tambahan bagi mereka yang bukan warga negara atau penduduk tetap di Australia? Ini penjelasan dan pengalaman para pendatang yang mau beli rumah di Australia
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia