Penduduk Tidak Tetap di Australia Minta Dimasukkan dalam Rencana Pembukaan Kembali

Giovanni van Empel hanya bisa melihat perkembangan anaknya di Indonesia lewat 'video call'.
Pada bulan Februari 2020, ia meninggalkan Yogyakarta untuk meneruskan studi doktoralnya di Monash University di Melbourne, Australia.
Berbekal visa pelajar, saat itu rencananya ia akan berangkat lebih dulu selama enam bulan sampai satu tahun, kemudian keluarganya menyusul.
“Tapi akhirnya mereka tidak bisa datang karena perbatasan Australia ditutup,” ujarnya.
“Saat berangkat, anak saya yang kecil baru berusia enam bulan, baru belajar duduk, tapi sekarang ia sudah bisa lari-lari,” tutur Giovanni sambil menerawang.
Giovanni memilih tetap tinggal di Melbourne karena tidak ada jaminan jika ia pulang ke Indonesia maka beasiswanya akan tetap berjalan dan tidak akan dihentikan.
Sudah hampir 20 bulan ia tidak bertemu keluarganya, Giovanni mengatakan anak-anaknya juga terkena dampaknya, karena kehilangan sosok ayah.
Setiap kali ia menelepon, anak pertamanya, Kahlil van Empel, selalu mengulang pertanyaan yang sama.
Warga berstatus penduduk tidak tetap merasa mereka tidak termasuk yang dipikirkan saat Australia membuat kebijakan membuka kembali perbatasan internasional
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka
- Tentang Hari Anzac, Peringatan Perjuangan Pasukan Militer Australia
- Dunia Hari Ini: Vatikan Umumkan Tanggal Pemakaman Paus
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus