Pendukung Presiden Mulai Bingung
Rabu, 08 Juni 2011 – 03:03 WIB
QUL al-haqq wa law kana murran. Katakan yang benar itu benar, walau pahit (akibatnya). Ini sabda Nabi Muhammad SAW yang sering dipakai landasan para kiai NU dalam menjalankan al`amru bil-ma"ruf wannahyu"anil-mun"kar(amar ma’ruf nahi munkar), perintah Allah untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kerusakan (moral) bagi masyarakat.
Sejak 2009, tepatnya pada periode kedua rezim Yudhoyono, sejumlah kebenaran yang disampaikan orang per orang, atau lembaga seperti DPR, bila itu menyangkut pusat kekuasaan dan mengganggu integritas penguasa, memang bisa berbalik pahit bagi si penyampai kebenaran. Dituduh menyebar fitnah yang “seribu persen tidak mengandung kebenaran…”
Baca Juga:
Rekayasa mengebiri KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) lewat skandal “Cicak vs Buaya”, rekayasa menjerat Ketua KPK Antasari Azhar dengan skandal cinta segitiga, rekayasa bailout Bank Century yang melahirkan megaskandal Rp 6,7 trilyun, kasus Gayus Tambunan dan mafia pajak yang merugikan keuangan negara puluhan trilyun rupiah dan melibatkan penguasa, perampokan APBN lewat kekuatan politisi partai politik. Rekening gendut petinggi Polri. Semua itu fitnah…
Berita di koran, berita di TV, berita di situs-situs internet, berita dari luar negeri, isu via SMS dan media sosial lainnya, bahkan para pemuka umat beragama, adalah sumber fitnah yang menyelimuti negeri ini. Sungguh luar biasa.