Pendukung Sepakbola Diperingatkan Tidak Berbuat Onar di Piala Dunia Rusia

Dia juga memperingatkan bahwa mengibarkan bendera, minum alkohol sampai mabuk berat dan menyanyikan lagu-lagu mendukung tim nasional di tempat umum yang jauh dari stadion bisa diartikan 'berbeda' oleh petugas keamanan dan penduduk setempat.

Menurut Mark Roberts, tindakan provokatif seperti memberikan komentar mengenai sejarah tindakan militer Rusia di masa lalu juga akan dianggap sebagai hal yang tidak patut.
Kekhawatiran akan adanya keributan antar pendukung selama Piala Dunia muncul pertama kali setelah adanya kerusuhan yang dilakukann oleh para pendukung Rusia di kejuaraan sepakbola Eropa di Perancis di tahun 2016.

Ketegangan antara Rusia dengan negara-negara Barat meningkat bulan Maret lalu menyusul kasus yang melibatkan mantan agen RUsia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris yang berakhir dengan pengusiran diplomat yang dilakukan baik oleh Rusia maupun negara Barat termasuk Australia.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson bahkan memberikan komentar menyamakan Piala Dunia 2018 di Rusia dengan Olimpiade Musim Panas 1936 yang berlangsung di Jerman di bawah kekuasaan Hitler.
Perwira polisi Inggris Mark Robers mengakui bahwa dia mengetahui adanya 'masalah politik tersebut' namun mendesak media untuk melaporkan ancaman kekerasan 'secara bertanggungjawab.'
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia