Peneliti Amerika: Suhu Panas dan Kelembapan Bikin Corona Lemah
jpnn.com, WASHINGTON - Virus corona tampaknya lebih cepat melemah ketika terkena sinar matahari, suhu panas dan kelembapan, tiga hal yang banyak ditemukan di Indonesia.
Para peneliti pemerintah AS telah menentukan bahwa virus bertahan paling lama di dalam ruangan dan dalam kondisi kering, serta melemah ketika suhu dan kelembapan naik - terutama ketika terkena sinar matahari.
"Virus ini mati paling cepat di bawah sinar matahari langsung," kata Kepala Direktorat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS William Bryan dalam jumpa pers di Gedung Putih, Kamis (23/4).
Temuan ini dapat meningkatkan harapan bahwa virus corona memiliki sifat penyakit pernapasan lainnya seperti influenza, yang biasanya kurang menular dalam cuaca hangat.
Tetapi virus corona juga telah terbukti mematikan di tempat-tempat bercuaca hangat seperti Singapura, yang menimbulkan pertanyaan yang lebih luas tentang dampak faktor lingkungan.
Presiden Donald Trump mengatakan temuan itu harus ditafsirkan dengan hati-hati, tetapi juga mengklaim pembenaran atas pernyataannya sebelumnya jika virus corona mungkin reda di musim panas.
"Saya pernah mengatakan bahwa mungkin itu hilang dengan panas dan cahaya. Dan orang-orang tidak begitu menyukai pernyataan itu," katanya pada briefing.
Enam belas negara bagian AS sedang merencanakan untuk memulai kembali kegiatan ekonomi mereka dan melonggarkan regulasi yang dirancang untuk memperlambat penyebaran pandemi.
Virus corona tampaknya lebih cepat melemah ketika terkena sinar matahari, cuaca panas dan kelembapan, tiga hal yang banyak ditemukan di Indonesia.
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Medali Debat
- Prabowo Bertemu Joe Biden, Bahas Situasi di Gaza