Peneliti Australia Bantu Museum Agar Lebih Bisa Diakses Tuna Netra

Peneliti Australia Bantu Museum Agar Lebih Bisa Diakses Tuna Netra
Peneliti Australia Bantu Museum Agar Lebih Bisa Diakses Tuna Netra

Mahasiswa magang di UC, Vanessa Lam, mengatakan, hanya menggunakan sentuhan untuk mengeksplorasi benda bersejarah, telah memberi pengalaman yang berbeda.

"Sangat aneh pada awalnya, karena saya begitu terbiasa dengan penglihatan tetapi ketika saya memakai kacamata [kebutaan] itu, suasananya sangat terbatas," tuturnya.

Ia menyambung, "Anda benar-benar tak tahu seberapa besar Anda mengandalkan penglihatan, Anda menerimanya begitu saja. Menyentuh dan merasakan benda itu sungguh baik karena itu memberi aspek baru untuk mengenali seni pada umumnya.”

Tapi Beaux mengatakan, orang-orang dengan penglihatan yang rendah tak ingin terbatas pada pengalaman taktil, dan juga ingin menggunakan indera mereka yang lain.

"Ini bukan hanya tentang sentuhan, itu juga tentang bau dan rasa dan seluruh pengalaman indrawi," utaranya.

Ia menerangkan, "Ini tentang mendengarkan orang-orang dengan gangguan penglihatan tentang apa yang mereka inginkan, ketimbang menggunakan pengalaman dan memaksakan apa yang kami pikir mereka inginkan.”

"Apa yang telah orang-orang katakan kepada saya adalah bahwa mereka ingin menjadi lebih dekat, lebih pribadi dan melibatkan pengalaman sensorik dengan benda-benda itu,” tambahnya.

Museum Nasional Australia di Canberra baru-baru ini menggelar lokakarya dengan Komunitas Tuna Netra Australia untuk membantu agar koleksi mereka lebih mudah diakses.


Menikmati hari dengan berkunjung ke sebuah galeri seni atau museum hampir tak mungkin dilakukan bagi seseorang yang mengalami gangguan penglihatan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News