Peneliti Australia Kembangkan Terapi yang Berhasil Matikan Viral Load COVID-19
“Terapi ini sangat penting misalnya untuk pasien di ICU yang vaksinnya sudah terlambat,” ujar Prof. Nigel.
Ia menambahkan, antivirus tradisional seperti zanamivir dan remdesivir diketahui mampu mengurangi gejala dan membantu orang pulih lebih awal.
“Sedangkan terapi ini justru menghentikan replikasi virus, sehingga tubuh bisa memperbaiki dirinya sendiri dan pemulihannya akan jauh lebih cepat lagi,” jelasnya.
"Kita seharusnya mampu meniadakan pasien yang sekarat akibat penyakit ini - jika ditangani lebih cepat," ujar Prof. Nigel.
Sejauh ini, sudah banyak vaksin yang telah dikembangkan dan digunakan untuk melawan COVID-19, namun terapi langsung untuk melawan virus ini masih sangat terbatas.
"Terapi ini menjadi salah satu yang pertama," katanya.
Dalam penggunaannya nanti, Prof Nigel menjelaskan, pasien COVID di ICU akan menerima suntikan harian selama empat atau lima hari. Sedangkan orang yang baru terpapar COVID, akan disuntik sekali.
Dia mengatakan pengobatan ini dapat tersedia pada awal 2023, tergantung pada hasil uji klinis fase berikutnya.
Peneliti dari Griffith University Australia bersama tim dari Amerika Serikat berhasil mengembangkan terapi antivirus yang telah membunuh viral load COVID-19 pada tikus yang terinfeksi
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata