Peneliti INDEF: Harga Pertamax Series Sudah Saatnya Dinaikkan

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menilai sudah saatnya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamina seperti Pertamax series dinaikkan.
Pasalnya, menurut Tauhid sudah lama BUMN tersebut menahan menaikkan harga Pertamax series, meski tekanan harga minyak dunia sangat tinggi akibat konflik Timur Tengah.
Padahal di sisi lain, SPBU swasta sudah beberapa kali menaikkan harga BBM.
Tak hanya itu, Tauhid juga menilai kondisi saat ini juga masih sangat berat, termasuk nilai tukar yang berada pada kisaran Rp16 ribu per dolar AS.
"Kurs sudah bergerak sekitar 5%, makanya Pertamina layak menaikkan harga BBM nonsubsidi. Yang penting kenaikan tersebut tidak memberatkan masyarakat," ujar Tauhid.
Tauhid menambahkan, komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku.
Jadi, jika harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut.
"Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM," imbuhnya.
Harga Pertamax cs tidak berubah sejak Februari 2024 meski harga minyak dunia mengalami kenaikan. Sementara badan usaha lain terus melakukan penyesuaian harga.
- Jelang Mudik Lebaran, Pertamina Turunkan Harga Avtur di 37 Bandara
- Koalisi Sipil Yakin Kepemimpinan Baru di Pertamina Bisa Perbaiki Tata Kelola Perusahaan
- Kejagung Sebut Kerugian Korupsi BBM Rp 193,7 Triliun, MAKI: Perhitungan Masuk Akal
- Buntut Korupsi Pertamax, Pakar Desak Prabowo Nonaktifkan Erick Thohir
- Dirut Pertamina Minta Maaf ke Masyarakat: Kami akan Bekerja Lebih Baik Lagi
- Pertamax Oplos