Peneliti INDEF: Harga Pertamax Series Sudah Saatnya Dinaikkan

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menilai sudah saatnya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamina seperti Pertamax series dinaikkan.
Pasalnya, menurut Tauhid sudah lama BUMN tersebut menahan menaikkan harga Pertamax series, meski tekanan harga minyak dunia sangat tinggi akibat konflik Timur Tengah.
Padahal di sisi lain, SPBU swasta sudah beberapa kali menaikkan harga BBM.
Tak hanya itu, Tauhid juga menilai kondisi saat ini juga masih sangat berat, termasuk nilai tukar yang berada pada kisaran Rp16 ribu per dolar AS.
"Kurs sudah bergerak sekitar 5%, makanya Pertamina layak menaikkan harga BBM nonsubsidi. Yang penting kenaikan tersebut tidak memberatkan masyarakat," ujar Tauhid.
Tauhid menambahkan, komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku.
Jadi, jika harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut.
"Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM," imbuhnya.
Harga Pertamax cs tidak berubah sejak Februari 2024 meski harga minyak dunia mengalami kenaikan. Sementara badan usaha lain terus melakukan penyesuaian harga.
- Tingkatkan Konektivitas Nasional, Pelita Air Sambut Kedatangan Armada ke-13 Airbus A320
- Scooter Prix 2025 Segera Digelar, Total Hadiah Mencapai Lebih Dari Rp 1 Miliar
- Gubernur Sumsel Letakan Batu Pertama Pembangunan Jembatan Crossing Pipa Pertamina di Desa Benuang, Pali
- Semangat Hari Kartini, Pertamina Dorong Perempuan untuk Berkarya & Salurkan Energi
- Kiprah Kartini Hulu Migas Membangun Ketahanan Energi untuk Negeri
- Pemegang Saham Pelita Air Kukuhkan Kembali Dendy Kurniawan sebagai Direktur Utama