Peneliti Medis Seharusnya Bersyukur, Bukan Malah Bersikap Nyinyir

"Mereka yang mencibir sebaiknya belajar dari Unair, BIN, dan TNI AD bahwa yang paling utama adalah tindakan konkrit untuk perubahan positif. Saatnya kita semua dituntut lebih banyak bertindak daripada sekadar nyinyir," katanya.
Boni juga berharap keberhasilan Unair, BIN, dan TNI AD terus didukung oleh semua elemen. Karena penelitian tersebut untuk kepentingan rakyat Indonesia. Bahkan untuk kepentingan seluruh umat manusia di dunia.
Sebelumnya, pakar epidemiologi Dicky Budiman meragukan temuan Unair, TNI AD dan BIN.
Menurutnya, proses penciptaan obat dimaksud tidak menunjukkan tahapan yang gamblang dan transparan.
Pengajar di Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad juga menyatakan hal senada.
Menurutnya, dalam proses uji klinis peneliti harus memenuhi prinsip Good Clinical Practice (GCP) atau Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB).
Salah satunya menekankan pada pendokumentasian penelitian. “Ini yang sepertinya tidak tampak," ucapnya.(gir/jpnn)
Boni prihatin, sejumlah pihak meragukan temuan kandidat obat COVID-19. Seharusnya bersyukur bukan malah bersikap nyinyir.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Kerja Sama TNI-Unud Disorot, Kolonel Agung Bilang Begini
- Dedi Mulyadi Buka Opsi Revisi Kerja Sama dengan TNI AD
- TB Hasanuddin Minta Kerja Sama Pemprov Jabar dan TNI AD Ditangguhkan, Ini Alasannya
- Kerja Sama Dedi Mulyadi & KSAD Dinilai Melanggar UU TNI
- Akademisi Ungkap 2 Tantangan Tata Kelola Intelejen di Indonesia
- Ingin Lebih Dekat dengan Masyarakat Luas, BIN Luncurkan Akun Resmi di Medsos