Penembakan di Kantor ‘Charlie Hebdo’ Dinilai Nodai Kebebasan Berekspresi
Ia mencontohkan karya satir yang sering membuat para pemimpin dunia tak nyaman, termasuk pemerintah di Timur Tengah.
"Kami telah melihat ini di Mesir di mana Bassem Youssef - John Stewart-nya Mesir - kini telah dipaksa untuk tak siaran, kami telah melihatnya dalam serangan terhadap kartunis berita di seluruh dunia. Faktanya, jurnalisme tampil dalam berbagai bentuk dan setiap orang memiliki hak untuk mengekspresikan diri,” jelas Dr Courtney.
‘Gambar yang menindas memberi mereka kekuatan yang terlalu besar’
Hampir 9 tahun yang lalu, media Amerika Serikat, Harper’s, menerbitkan kembali sebuah esai yang berisi beberapa kartun ofensif termasuk gambar Nabi Muhammad dari Denmark.
Presiden Harper’s, Rick Macarthur, yang menyetujui penerbitan esai itu, mengatakan, kartun anti-Semit juga berada di antara gambar karikatur yang ditampilkan kembali.
"Pada saat itu, ada kontes karikatur anti-semit di Iran dan Israel yang kami pelajari," katanya.
Ia lantas menerangkan, "Tapi apa yang ia katakan sangat jelas dan tegas, dan apa yang saya setuju hari ini adalah bahwa wacana terbuka menyajikan pemahaman dan gambar yang menindas memberi mereka kekuatan yang terlalu besar."
Pada tahun 2012, ‘Charlie Hebdo’ menerbitkan gambar Nabi Muhammad yang mendorong Gedung Putih untuk membela hak koran tersebut untuk mempublikasikannya.
Pemimpin Redaksi koran kartun Perancis ‘Charlie Hebdo’ pernah berkata: "Tugas kita bukanlah untuk membela kebebasan berbicara, tapi
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata