Penerimaan Migas Anjlok, Tak Sampai Rp 100 Triliun
Kondisi yang sama diderita negara penghasil minyak lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, serta negara-negara kawasan Timur Tengah.
Dia mencontohkan kondisi di Arab Saudi yang harus menempuh kebijakan menaikkan harga BBM untuk menambal kas negara.
Kondisi itu harus dijalani di tengah harga minyak yang terus tercatat turun.
Askolani melanjutkan, jika pada 2015 pemerintah tidak menempuh kebijakan reformasi energi, beban subsidi akan terus menggerus APBN.
”Untungnya, 2015 pemerintah mengubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah Pak Menteri (Menkeu ketika itu Bambang Brodjonogoro, Red), habis kita,’’ jelasnya.
Di tempat yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak terlalu khawatir dengan kondisi penurunan penerimaan negara dari sektor migas.
Sebab, bagi dia, yang terpenting saat ini adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Menurut mantan menteri perhubungan tersebut, saat ini yang terpenting adalah bagaimana industri bisa semakin kompetitif. Salah satu caranya dengan efisiensi.
Penerimaan di sektor migas terdampak jebloknya harga minyak dunia.
- Konsorsium PHE, Sinopec & KUFPEC Teken Kontrak PSC Wilayah Kerja Melati, Ini Targetnya
- Pertamina Patra Niaga Raih 5 Penghargaan Keselamatan Migas 2024
- Jaga Keberlanjutan Energi Transisi, Pertamina Kembali Temukan Sumberdaya Gas di Sulawesi
- BUMN Energi Tanzania Gandeng Pertamina untuk Jajaki Peluang Baru Sektor Hulu Migas
- Inerco Sepakati Kerja Sama Pengoperasian Pabrik Pipa Seamless Pertama Asia Tenggara
- 5 Tahun ke Depan Prospek Investasi Hulu Migas di Indonesia Diprediksi Cerah