Penetapan HET Beras Bikin Pedagang Resah
jpnn.com, PALEMBANG - Para pedagang resah menyikap penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras medium Rp9.450 dan beras premium Rp13.800. Dengan adanya batasan harga jual itu, mereka akan sulit mendapat untung.
Keluhan ini diungkapkan Koko, seorang pedagang beras di pasar kalangan Mega Asri, Banyuasin, Sumsel.
Ia mengatakan, modal untuk beli beras premium berkisar Rp11.500 hingga Rp12.500 per kilogram (kg).
“Kalau jualnya dibatasi, sulit dapat untuk lebih,” katanya, seperti diberitakan Sumatera Ekspres (Jawa pos Group).
Menurutnya, kebanyakan pedagang mengambil keuntungan penjualan beras tak sampai 10 persen dari modal. “Rata-rata sekitar 7 persen,” ucapnya.
Pernyataan senada diungkap Zul, pedagang di Pasar Km 5. Katanya, sulit untuk menerapkan HET beras karena biaya produksi saja sudah cukup besar. Belum lagi, persaingan di pasar tradisional cukup ketat.
Masyarakat tentunya membeli beras dengan harga lebih murah. “Jika di toko kami menjual mahal sedikit saja, pembeli akan cari toko lain yang jual beras lebih murah,” cetusnya.
Karena itu, kebanyakan harga beras yang dijajakan pedagang tradisional relatif hampir sama. “Intinya kami sulit, kalau modal mahal bagaimana mau menetapkan HET lagi,” pungkasnya.
Para pedagang resah menyikap penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras medium Rp9.450 dan beras premium Rp13.800. Dengan adanya batasan harga
- KPPU Sebut RPM Cegah Persaingan Usaha Tak Sehat
- Pedagang: HET Atasi Harga Beras yang Ugal-ugalan
- Wamentan Dorong Petani-Pengusaha Perkuat Kolaborasi Hilirisasi dan Inovasi Kelapa Dalam
- Harga Migor Mendekati HET, Politikus PKS Bilang Begini
- Yakinlah, Sulit Mengawasi Pemberlakuan HET Minyak Goreng Tanpa Hal ini
- Kepala BIN Bicara Minyak Goreng, Sebut Soal Fenomena