Pengabaian Wilayah Pinggiran dan Denasionalisme
Oleh; La Ode Ida*
Barangkali inilah yang jadi penyebab segala peristiwa di atas. Pertama, PDT dan BNPP tidak memiliki visi dan agenda yang jelas bagaimana membangun wilayah tertinggal di perbatasan. Kedua, penentuan anggaran parlemen terjebak pada basis dapilnya, di mana kawasan perbatasan tidak dilirik.
Ketiga, pemerintah daerah tidak memiliki rencana terukur untuk memajukan daerahnya dengan fokus pada infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan sosialnya. Keempat, pihak pemerintah pusat melalui dua lembaga yang saling terkait itu tak melakukan koordinasi imperatif pada pemda yang berada di wilayah perbatasan, sehingga masing-masing jalan sendiri-sendiri dengan orientasi proyek pragmatis tahunan.
Ke depan, masalah wilayah perbatasan seharusnya dikoordinasikan serta mengoptimalkan peran BNPP. BNPP secara khusus fokus bangun daerah perbatasan dengan anggaran yang harus memadai mulai 2015 nanti. Pada saat yang sama, perlu segera membangun komitmen dengan pihak swasta untuk mengembangkan wilayah perbatasan dengan cara memberikan insentif khusus pada mereka.
Dengan cara inilah, salah satunya, bisa diwujudkan visi pembangunan Jokowi-JK dengan tema ’’membangun Indonesia dari pinggir’’. (***)
*Penulis adalah Mantan Wakil Ketua DPD RI periode 2004–2009; 2009–2014, sosiolog di Departemen Sosiologi FIS UNJ Jakarta.
BARU-BARU ini ada berita dari wilayah perbatasan yang sedikit mengagetkan. Dikabarkan ribuan warga bangsa ini yang berdomisili di Kecamatan Lumbias
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Migrants Day 2024, Menakar Urgensi Pendidikan Tinggi bagi Pekerja Migran Indonesia
- Sidang Adat di Balai Panjang Tanah Periuk Jambi Selalu Terjaga hingga Kini
- Catatan Politik Senayan: Penegakan Hukum yang Tidak Melecehkan Rasa Keadilan
- Bantu Rakyat ala Helmi Hasan
- Mengurai Solusi Kekerasan Seksual Anak
- Brengkes Ikan, Cara Perempuan Menyangga Kebudayaan